Manifesto Partai Komunis
Ada hantu berkeliaran di Eropa—hantu Komunisme. Semua kekuasaan di Eropa
lama telah menyatukan diri dalam suatu persekutuan keramat untuk
mengusir hantu ini: Paus dan Tsar, Metternich [12] & Guizot [13], kaum Radikal Perancis [14] dan mata-mata polisi Jerman.
Di manakah ada partai oposisi yang tidak dicaci sebagai Komunis oleh
lawan-lawannya yang sedang berkuasa? Di manakah ada partai oposisi yang
tidak melontarkan kembali cap tuduhan Komunisme, baik kepada
partai-partai oposisi yang lebih maju maupun kepada lawan-lawannya yang
reaksioner?
Dua hal timbul dari kenyataan ini.
I. Komunisme telah diakui oleh semua kekuasaan di Eropa sebagai suatu kekuasaan pula.
II. Telah tiba waktunya bahwa kaum Komunis harus dengan terang-terangan
terhadap seluruh dunia menyiarkan pandangan mereka, cita-cita mereka,
tujuan mereka, aliran mereka,dan melawan dongengan kanak-kanak tentang
Hantu Komunisme ini dengan sebuah manifesto dari partai sendiri.
Untuk maksud ini, kaum Komunis dari berbagai nasionalitet telah berkumpul di
London, dan merencanakan manifesto berikut ini untuk diterbitkan dalam bahasa
Inggeris, Perancis, Jerman, Italia, Vlam dan Denmark.
I. Kaum Borjuis dan kaum proletar [a]
Sejarah dari semua masyarakat:[b] yang ada hingga
sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas.
Orang-merdeka dan budak, patrisir dan plebejer
[16], tuan bangsawan dan hamba,
tukang-ahli [c] dan tukang pembantu, pendeknya:
penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang
lain, melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan
tersembunyi, kadang-kadang dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang
setiap kali berakhir dengan penyusunan-kembali masyarakat umumnya atau
dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan.
Dalam zaman permulaan sejarah, hampir di mana saja kita dapati suatu
susunan rumit dari masyarakat yang terbagi menjadi berbagai golongan, menjadi
banyak tingkatan kedudukan sosial. Di Roma purbakala terdapat kaum patrisir,
kaum ksatria, kaum plebejer, kaum budak, dalam Zaman Tengah kaum tuan feodal,
kaum vasal, kaum tukang-ahli, kaum tukang-pembantu, kaum malang, kaum hamba;
di dalam hampir semua kelas ini terdapat lagi tingkatan-tingkatan bawahan.
Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhan masyarakat feodal
tidak menghilangkan pertentangan-pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan
kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan
baru sebagai ganti yang lampau.
Tetapi zaman kita, zaman borjuasi, mempunyai sifat yang istimewa ini:
ia telah menyederhanakan pertentangan-pertentangan kelas. Masyarakat
seluruhnya semakin lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang
langsung berhadapan satu dengan yang lain - borjuasi dan proletariat.
Dari kaum hamba pada Zaman Tengah timbullah wargakota berhak-penuh dari
kota-kota yang paling permulaan. Dari wargakota-wargakota ini berkembanglah
anasir-anasir pertama dari borjuasi.
Ditemukannya benua Amerika, dikelilinginya Tanjung Harapan di Afrika Selatan,
memberikan lapangan baru bagi borjuasi yang sedang tumbuh, pasar-pasar di
Hindia Timur dan Tiongkok, kolonisasi atas Amerika, perdagangan dengan
tanah-tanah jajahan, bertambah banyaknya alat penukaran dan barang dagangan
pada umumnya, memberikan kepada perdagangan, kepada pelajaran, kepada
industri, suatu dorongan yang tak pernah dikenal sebelum itu dan bersamaan
dengan itu memberikan kepada anasir-anasir revolusioner dalam masyarakat
feodal yang. sedang runtuh itu suatu kemajuan yang cepat.
Sistim industri yang feodal, di mana produksi industri dimonopoli oleh
gilda-gilda semata-mata, sekarang tidak lagi mencukupi kebutuhan-kebutuhan
yang makin bertambah dari pasar-pasar baru. Sistim manufaktur
[17] menggantikannya. Tukang-tukang-ahli
didesak keluar oleh kelas tengah manufaktur; pembagian kerja di antara
berbagai gabungan gilda hilang dengan lahirnya pembagian kerja di setiap
bengkel pertukangan sendiri-sendiri.
Sementara itu pasar-pasar senantiasa makin meluas, kebutuhan senantiasa
bertambah. Sistim manufaktur itupun tak dapat lagi mencukupi. Segera sesudah
itu uap dan mesin-mesin merevolusionerkan produksi industri. Kedudukan
manufaktur direbut oleh Industri Modern raksasa, kedudukan kelas tengah
industri oleh milyuner-milyuner industri, pemimpin-pemimpin kesatuan-kesatuan
lengkap dari tentara industri, kaum borjuis modern.
Industri modern telah menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya
dengan ditemukannya Amerika. Pasar ini telah memberikan kemajuan maha besar
pada perdagangan, pada pelajaran, pada perhubungan di darat. Kemajuan ini,
pada gilirannya, bereaksi terhadap meluasnya industri; dan sebanding dengan
meluasnya industri, perdagangan, pelajaran, perhubungan kereta api, maka
dalam perbandingan yang sama borjuasi pun maju pula, kapitalnya bertambah
dan mendesak ke belakang tiap-tiap kelas peninggalan dari Zaman Tengah.
Oleh sebab itu tahulah kita, bagaimana borjuasi modern itu sendiri adalah
hasil dari perjalanan perkembangan yang lama, dari suatu rangkaian
revolusi-revolusi dalam cara produksi dan cara pertukaran.
Tiap langkah dalam perkembangan borjuasi diikuti oleh suatu kemajuan
politik yang sesuai dari kelas itu. Suatu kelas tertindas di bawah kekuasaan
bangsawan feodal, suatu perserikatan bersenjata dan memerintah sendiri
dalam komune [d] pada Zaman Tengah; di satu tempat
berupa republik-kota yang merdeka (seperti di Italia dan Jerman), di lain
tempat berupa, "pangkat ketiga" [18]
Wajib-pajak dalam monarki (seperti di Perancis), sesudah itu, dalam masa
manufaktur yang sebenarnya, dengan mengabdi pada monarki setengah-feodal
[19] atau absolut sebagai kekuatan
imbangan terhadap kaum bangsawan, dan dalam kenyataannya, batu dasar bagi
monarki-monarki besar pada umumnya, maka pada akhirnya borjuasi, sejak
berdirinya Industri Modern dan pasar dunia, telah merebut untuk dirinya
sendiri segenap kekuasaan politik di dalam Negara konstitusionil modern.
Badan eksekutif negara modern hanyalah merupakan sebuah komite untuk mengatur
urusan-urusan bersama dari seluruh borjuasi.
Borjuasi, di dalam sejarah, telah memainkan peranan yang sangat revolusioner.
Borjuasi, di mana saja ia telah dapat memperoleh kekuasaan, telah mengakhiri
semua hubungan feodal patriarkal pedesaan. Ia dengan tiada kenal kasihan
telah merenggut putus pertalian-pertalian feodal yang beraneka ragam yang
mengikat manusia pada "atasannya yang wajar", dan tidak meninggalkan ikatan
lain antar manusia dengan manusia selain daripada kepentingan sendiri
semata-mata, selain daripada "pembayaran tunai" yang kejam. Ia telah
menghanyutkan getaran yang paling suci dari damba keagamaan, dari gairah
keksatriaan, dari sentimentalisme filistin, ke dalam air dingin perhitungan
egois. Ia telah menjatukan harga diri dengan nilai-tukar, dan sebagai ganti
dari kebebasan-kebebasan tak terhitung jumlahnya yang telah disahkan oleh
undang-undang yang tak boleh dibatalkan itu, ia telah menetapkan satu-satunya
kebebasan yang tidak berdasarkan akal - Perdagangan Bebas. Pendek kata,
penghisapan yang diselimuti dengan ilusi-ilusi keagamaan dan politik digantikan
olehnya dengan penghisapan yang terang-terangan, tak kenal malu, langsung,
ganas.
Borjuasi telah menanggalkan anggapan mulia terhadap setiap jabatan yang
selama ini dihormati dan dipuja dengan penuh ketaatan. Ia telah mengubah
dokter, advokat, pendeta, penyair, sarjana menjadi buruh-upahannya yang
dia bayar.
Borjuasi telah merobek dengan kekerasan selubung perasaan kekeluargaan,
dan telah memerosotkannya menjadi hubungan-uang belaka.
Borjuasi telah menyingkapkan bagaimana dapat terjadinya hal bahwa pertunjukan
kekuatan secara kasar dalam Zaman Tengah, yang begitu dikagumi oleh kaum
reaksioner itu, mendapatkan imbangannya yang wajar dan cocok berwujud kemalasan
yang paling lamban. Dialah yang pertama-tama memperlihatkan apa yang dapat
dihasilkan oleh kegiatan manusia. Ia telah melahirkan keajaiban-keajaiban
yang jauh melampaui piramida-piramida Mesir, saluran-saluran air Roma dan
katedral-katedral Gotik; ia telah melakukan ekspedisi-ekspedisi yang sangat
berlainan dibanding dengan perpindahan-perpindahan bangsa-bangsa
[20] serta perang-perang salib
[21] di masa dahulu.
Borjuasi tidak dapat hidup tanpa senantiasa merevolusionerkan perkakas-perkakas
produksi dan karenanya merevolusionerkan hubungan-hubungan produksi, dan
dengan itu semuanya merevolusionerkan segenap hubungan dalam masyarakat.
Sebaliknya, mempertahankan cara-cara produksi yang lama dalam bentuknya
yang tidak berubah adalah syarat pertama untuk hidup bagi segala kelas
industri yang terdahulu. Senantiasa merevolusionerkan produksi, kekacauan
tiada putus-putusnya dalam segala syarat.sosial, ketiadaan kepastian serta
kegelisahan yang abadi itu membedakan zaman borjuasi dengan semua zaman
yang terdahulu. Segala hubungan yang telah ditetapkan dan beku serta berkarat,
dengan rentetannya berupa prasangka-prasangka serta pendapat-pendapat kuno
yang disegani, disapu bersih, segala yang dibentuk baru menjadi usang sebelum
membatu. Segala yang padat hilang larut dalam udara, segala yang suci dinodai,
dan pada akhirnya manusia terpaksa menghadapi dengan hati yang tenang
syarat-syarat hidupnya yang sebenarnya, dan hubungan-hubungannya dengan
sesamanya.
Kebutuhan akan pasar yang senantiasa meluas untuk barang-barang hasilnya
mengejar borjuasi ke seluruh muka bumi. Ia harus bersarang di mana-mana,
bertempat di mana-mana, mengadakan hubungan-hubungan di mana-mana.
Melalui penghisapannya atas pasar dunia borjuasi telah memberikan sifat
kosmopolitan kepada produksi dan konsumsi di tiap-tiap negeri. Kaum reaksioner
merasa sedih sekali karena borjuasi telah menarik dari bawah kaki industri
bumi nasional tempat ia berdiri.
Semua industri nasional yang sudah tua telah dihancurkan atau sedang
dihancurkan setiap hari. Mereka digantikan oleh industri-industri baru
yang pelaksanaannya menjadi jadi masalah hidup dan mati bagi semua nasion
yang beradab, oleh industri yang tidak lagi mengerjakan bahan mentah dari
negeri sendiri, tetapi bahan mentah yang didatangkan dari wilayah-wilayah
dunia yang paling jauh letaknya, industri yang barang-barang hasilnya tidak
saja dipakai di dalam negeri tetapi di setiap pelosok dunia. Sebagai pengganti
kebutuhan-kebutuhan masa lampau yang dipenuhi oleh produksi negeri sendiri,
kita mendapatkan kebutuhan-kebutuhan baru, yang untuk memuaskannya diperlukan
hasil-hasil dari negeri-negeri serta daerah-daerah iklim yang sangat jauh
letaknya. Sebagai pengganti keadaan terasing serta mencukupi-kebutuhan-sendiri
secara lokal maupun nasional yang lama, kita dapati hubungan ke segala
jurusan, keadaan saling-tergantung yang universal di antara nasion-nasion.
Dan seperti halnya dengan produksi material, demikian jugalah keadaannya
dalam hal produksi intelek. Ciptaan-ciptaan intelek dari satu-satu nasion
menjadi milik bersama. Kesepihakan serta kesempitan pandangan nasional
menjadi makin tidak mungkin, dan dari sejumlah besar literatur nasional
dan lokal timbullah suatu literatur dunia.
Borjuasi, dengan perbaikan cepat dari segala alat produksi, dengan makin
sangat dipermudahnya kesempatan menggunakan alat-alat perhubungan, menarik
segala nasion, sampai yang paling biadab pun, ke dalam peradaban. Harga-harga
murah dari barang dagangannya merupakan artileri berat yang dengannya ia
memporak-porandakan segala tembok-tembok Tiongkok, yang dengannya ia
menaklukkan kebencian berkepala batu dari kaum biadab terhadap orang-orang
asing. Ia memaksa semua nasion, dengan ancaman akan musnah, cara produksi
borjuis; ia memaksa mereka mengemukakan apa yang olehnya disebut peradaban itu
ke tengah-tengah lingkungan mereka, yaitu, supaya mereka sendiri menjadi
borjuis. Pendek kata, ia menciptakan suatu dunia menurut bayangannya sendiri.
Borjuasi menundukkan desa kepada kekuasaan kota. Ia telah menciptakan
kota-kota yang hebat, telah sangat menambah penduduk kota dibanding dengan
penduduk desa, dan dengan demikian telah melepaskan sebagian besar penduduk
dari kedunguan kehidupan desa. Sebagaimana halnya ia telah menjadikan desa
bergantung kepada kota, begitupun ia telah menjadikan negeri biadab dan
setengah-biadab bergantung kepada negeri yang beradab, nasion kaum tani
kepada nasion kaum borjuis, Timur kepada Barat.
Borjuasi senantiasa makin bersemangat menghapuskan keadaan terpencar-pencar
dari penduduk, dari alat-alat produksi, dan dari milik. Ia telah menimbun
penduduk, memusatkan alat-alat produksi, dan telah mengkonsentrasi milik
ke dalam beberapa tangan. Akibat yang sudah seharusnya dari hal ini adalah
pemusatan politik. Propinsi-propinsi yang merdeka atau yang mempunyai hubungan
tak begitu erat dengan kepentingan-kepentingan undang-undang pemerintah
dan sistim pajak yang berlain-lainan menjadi terpadu sebagai satu nasion
dengan satu pemerintah, satu tata undang-undang, satu kepentingan-kelas
nasional, satu perbatasan dan satu tarif pabean.
Borjuasi, selama kekuasaannya yang belum genap seratus tahun itu, telah
menciptakan tenaga-tenaga produktif yang lebih teguh dan lebih besar daripada
yang telah diciptakan oleh generasi-generasi yang terdahulu dijadikan satu.
Ditundukkannya kekuatan-kekuatan alam kepada manusia, mesin-mesin, pelajaran
kapal api, pengenaan ilmu kimia pada industri dan pertanian, jalan kereta
api, pembukaan benua-benua utuh untuk tanah garapan, telegrafi listrik,
penyaluran sungai sejumlah sangat besar penduduk yang dengan kekuatan sihir
dikeluarkan dari dalam tanah - abad terdahulu manakah yang dapat menduga
adanya tenaga-tenaga produktif yang sedemikian itu tertidur dalam pangkuan
kerja masyarakat?
Jadi tahulah kita: alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran, yang
di atas dasarnya borjuasi berkembang, telah ditimbulkan di dalam masyarakat
feodal. Pada suatu tingkat tertentu dalam perkembangan alat-alat produksi
dan alat-alat pertukaran ini, syarat-syarat tempat masyarakat feodal
menghasilkan dan mengadakan pertukaran, organisasi feodal dari pertanian dan
industri manufaktur, pendek kata, hubungan-hubungan feodal dari milik menjadi
tidak lagi dapat disesuaikan dengan tenaga-tenaga produktif yang sudah
berkembang; mereka merupakan belenggu-belenggu yang begitu banyak; mereka
harus dipatahkan, mereka memang dipatahkan.
Sebagai gantinya datanglah persaingan bebas, disertai oleh susunan sosial
dan politik yang diselaraskan dengannya, dan oleh kekuasaan ekonomi dan
politik dari kelas borjuis.
Suatu gerakan yang serupa sedang berlangsung di hadapan mata kepala kita
sendiri. Masyarakat borjuis modern dengan hubungan-hubungan produksinya,
hubungan-hubungan pertukaran, dan hubungan-hubungan miliknya, suatu masyarakat
yang telah menjelmakan alat-alat produksi serta alat-alat pertukaran yang
begitu raksasa, adalah seperti tukang sihir yang tidak dapat mengontrol
lagi tenaga-tenaga dari alam gaib yang telah dipanggil olehnya dengan
mantra-mantranya. Sudah sejak berpuluh-puluh tahun sejarah industri dan
perdagangan hanyalah sejarah pemberontakan tenaga-tenaga produktif modern
melawan syarat-syarat produksi modern, melawan hubungan-hubungan milik yang
merupakan syarat-syarat untuk hidup bagi borjuasi dan kekuasaannya. Cukuplah
untuk menyebut krisis-krisis perdagangan yang dengan terulangnya secara
periodik, setiap kali lebih berbahaya, mengancam kelangsungan hidup seluruh
masyarakat borjuis. Di dalam krisis-krisis ini tidak saja sebagian besar dari
baranghasil-baranghasil yang ada, tetapi juga dari tenaga-tenaga produktif yang
telah diciptakan terdahulu, dihancurkan secara periodik. Di dalam krisis-krisis
ini berjangkitlah wabah yang di dalam zaman-zaman terdahulu akan merupakan
suatu kejanggalan - wabah produksi kelebihan. Tiba-tiba masyarakat mendapatkan
dirinya terlempar kembali dalam suatu keadaan kebiadaban sementara; nampaknya
seakan-akan suatu kelaparan, suatu perang pembinasaan umum telah memusnahkan
persediaan segala bahan-bahan keperluan hidup; industri dan perdagangan
seakan-akan dihancurkan; dan mengapa? Karena terlampau banyak peradaban,
terlampau banyak bahan-bahan keperluan hidup, terlampau banyak industri,
terlampau banyak perdagangan. Tenaga-tenaga produktif yang tersedia bagi
masyarakat tidak lagi dapat melanjutkan perkembangan syarat-syarat milik
borjuis; sebaliknya, mereka telah menjadi terlampau kuat bagi syarat-syarat
ini, yang membelenggu mereka, dan segera setelah mereka mengatasi rintangan
belenggu-belenggu ini, mereka mendatangkan kekacauan ke dalam seluruh
masyarakat borjuis, membahayakan adanya milik borjuis. Syarat-syarat masyarakat
borjuis adalah terlampau sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya.
Dan bagaimanakah borjuasi mengatasi krisis-krisis ini? Pada satu pihak,
dengan memaksakan penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif,
pada pihak lain, dengan merebut pasar-pasar baru dan menghisap pasar-pasar
yang lama dengan cara yang lebih sempurna. Itu artinya, dengan membukakan
jalan untuk krisis-krisis yang lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi
syarat-syarat yang dapat mencegah krisis-krisis itu.
Senjata-senjata yang digunakan oleh borjuasi untuk menumbangkan feodalisme
sekarang berbalik kepada borjuasi itu sendiri.
Tetapi tidak saja borjuasi itu menempa senjata-senjata yang mendatangkan
mautnya sendiri; ia juga telah melahirkan manusia-manusia yang akan menggunakan
senjata-senjata itu - kelas buruh modern - kaum proletar.
Dibandingkan dengan berkembangnya borjuasi, artinya, kapital, maka dalam
derajat yang itu juga proletariat, kelas buruh modern, telah berkembang -
suatu kelas kaum pekerja yang hanya hidup selama mereka mendapat pekerjaan, dan
hanya mendapat pekerjaan selama kerja mereka memperbesar kapital. Kaum pekerja
ini yang harus menjual dirinya sepotong-sepotong, adalah suatu barang dagangan
seperti semua barang dagangan lainnya, dan karenanya diserahkan mentah-mentah
kepada segala perubahan dalam persaingan, kepada segala perguncangan pasar.
Disebabkan oleh pemakaian mesin-mesin secara luas dan karena pembagian kerja,
hilanglah segala sifat perseorangan dari pekerjaan kaum proletar, dan karena
itu hilanglah segala kegairahan bagi si buruh. Ia semata-mata menjadi
lampiran-tambahan dari mesin dan hanyalah kecakapan yang paling sederhana,
paling menjemukan dan paling mudah didapat, yang dibutuhkan dari dia. Dari itu,
biaya produksi dari seorang buruh terbatas hampir semata-mata pada bahan-bahan
keperluan hidup yang diperlukan untuk hidupnya dan untuk pembiakan jenisnya.
Tetapi harga sesuatu barang dagangan, dan oleh sebab itu juga harga kerja,
[22] adalah sama dengan biaya
produksinya. Oleh sebab itu sederajat dengan makin tidak menyenangkannya kerja
itu, maka turunlah upahnya. Bahkan lebih dari itu, dalam derajat sebagaimana
pemakaian mesin-mesin dan pembagian kerja bertambah, dalam derajat yang itu
juga beban kerja bertambah, baik dengan memperpanjang jam kerja, dengan
menambah banyaknya pekerjaan dalam waktu yang tertentu atau dengan
mempertinggi kecepatan mesin-mesin, dsb.
Industri modern telah mengubah bengkel kecil kepunyaan majikan patriarkal
menjadi pabrik besar kepunyaan kapitalis industri. Massa kaum buruh yang
dikumpulkan dalam pabrik diorganisasi seperti serdadu. Sebagai serdadu biasa
dari tentara industri mereka diatur di bawah perintah suatu susunan-kepangkatan
yang rapi terdiri dari opsir-opsir dan sersan-sersan. Mereka itu tidak hanya
menjadi budak kelas borjuis dan budak negara borjuis saja; mereka itu setiap
hari dan setiap jam diperbudak oleh mesin-mesin, oleh mandor-mandor, dan
terutama sekali oleh tuan pabrik borjuis orang-seorang itu sendiri. Semakin
terang-terangan kelaliman ini menyatakan keuntungan sebagai tujuan dan
maksudnya, semakin keji, semakin membencikan dan semakin memarahkanlah dia itu.
Semakin kurang kecakapan dan kurang pemakaian kekuatan yang diperlukan dalam
kerja badan, dengan kata-kata lain, semakin industri modern menjadi sempurna,
semakin banyak kerja kaum pria yang digantikan oleh kerja kaum wanita.
Perbedaan umur dan perbedaan jenis kelamin tidak lagi mempunyai sesuatu arti
kemasyarakatan yang penting bagi kelas buruh. Semuanya adalah perkakas kerja,
kurang atau lebih mahalnya untuk dipakai, bergantung pada umur dan jenis
kelamin mereka.
Jika penghisapan atas pekerja oleh pengusaha sudah sampai sedemikian jauhnya
sehingga ia menerima upahnya dengan tunai, maka diterkamlah ia oleh
bagian-bagian lain dari borjuasi, tuan tanah, tuan toko, pemilik pegadaian,
dsb.
Lapisan rendahan dari kelas tengah - kaum pengusaha kecil, tuan toko dan tukang
riba [23] umumnya, kaum pekerja-tangan
dan kaum tani - semua ini berangsur-angsur jatuh menjadi proletariat, sebagian
oleh karena kapitalnya yang kecil tidak cukup untuk menjalankan industri besar
dan menderita kekalahan dalam persaingan dengan kaum kapitalis besar, sebagian
oleh karena keahlian mereka menjadi tidak berharga untuk cara-cara produksi
yang baru. Begitulah proletariat terjadi dari segala kelas penduduk.
Proletariat melalui berbagai tingkat perkembangan. Bersamaan dengan lahirnya,
mulailah perjuangannya terhadap borjuasi. Mula-mula perjuangan itu dilakukan
oleh kaum buruh orang-seorang, kemudian oleh buruh suatu pabrik, kemudian oleh
buruh dari satu macam perusahaan di satu tempat melawan borjuis orang-seorang
yang langsung menghisap mereka. Mereka tidak mengerahkan serangan-serangannya
terhadap syarat-syarat produksi borjuis, tetapi terhadap perkakas-perkakas
produksi itu sendiri; mereka merusakkan barang-barang impor yang menyaingi
kerja mereka, mereka menghancurkan mesin-mesin, mereka membakar pabrik-pabrik,
mereka mencoba mengembalikan dengan paksa kedudukan pekerja dari Zaman Tengah
[24] yang telah hilang itu.
Pada tingkat tersebut kaum buruh merupakan suatu massa yang lepas tersebar
di seluruh negeri dan terpecah belah oleh persaingan di kalangan mereka
sendiri. Jika di sesuatu tempat mereka bersatu membentuk badan-badan yang
lebih erat terhimpun, ini belumlah akibat dari persatuan yang aktif dari
mereka sendiri, tetapi dari persatuan borjuasi, kelas yang untuk mencapai
tujuan politiknya sendiri terpaksa menggerakkan seluruh proletariat, tambahan
pula karena untuk sementara waktu mereka masih dapat berbuat demikian. Oleh
karena itu, pada tingkat tersebut kaum proletar tidak melawan musuh-musuhnya,
tetapi musuh-musuh dari musuh mereka, yaitu sisa-sisa monarki absolut,
kaum pemilik tanah, borjuis bukan-industri, borjuasi kecil. Dengan demikian
seluruh gerakan yang bersejarah itu berpusat di dalam tangan borjuasi;
tiap-tiap kemenangan yang dicapai dengan cara demikian adalah kemenangan
bagi borjuasi.
Tetapi dengan berkembangnya industri, proletariat tidak saja bertambah
jumlahnya; ia menjadi terkonsentrasi di dalam massa yang lebih besar,
kekuatannya bertambah besar dan ia semakin merasakan kekuatan itu.
Kepentingan-kepentingan dan syarat-syarat hidup yang bermacam ragam di dalam
barisan proletariat semakin lama semakin menjadi sama, sederajat dengan
dihapuskannya segala perbedaan kerja oleh mesin-mesin dan dengan diturunkannya
upah hampir di mana-mana sampai pada tingkat yang sama rendahnya. Persaingan
yang semakin menjadi di kalangan kaum borjuis dan krisis-krisis perdagangan
yang diakibatkannya, menyebabkan upah kaum buruh senantiasa berguncang.
Perbaikan mesin-mesin yang tidak henti-hentinya itu senantiasa berkembang
dengan lebih cepat, menyebabkan penghidupan mereka makin lama makin tidak
tentu; bentrokan-bentrokan antara buruh orang-seorang dengan borjuis
orang-seorang makin lama makin bersifat bentrokan-bentrokan antara dua kelas.
Sesudah itu kaum buruh mulai membentuk perkumpulan-perkumpulan menentang kaum
borjuis; mereka berhimpun untuk mempertahankan upah-kerja mereka; mereka
mendirikan perserikatan-perserikatan yang tetap untuk mempersiapkan diri guna
perlawanan yang sewaktu-waktu ini. Di sana-sini perjuangan itu meletus menjadi
huru-hara.
Kadang-kadang kaum buruh memperoleh kemenangan, tetapi hanya untuk sementara
waktu. Buah yang sebenarnya dari perjuangan mereka tidak terletak pada
hasil yang langsung, tetapi pada senantiasa makin meluasnya persatuan kaum
buruh. Persatuan ini dibantu terus oleh kemajuan-kemajuan alat-alat perhubungan
yang dibuat oleh industri modern dan yang membawa kaum buruh dari berbagai
daerah berhubungan satu dengan yang lain. Justru perhubungan inilah yang
diperlukan untuk memusatkan perjuangan-perjuangan lokal yang banyak itu,
yang kesemuanya mempunyai sifat yang sama, menjadi satu perjuangan nasional
antara kelas-kelas. Tetapi tiap perjuangan kelas adalah suatu perjuangan
politik. Dan persatuan ini, yang untuk mencapainya, wargakota pada Zaman
Tengah dengan jalan-jalan mereka yang sangat buruk memerlukan waktu yang
berabad-abad lamanya, berkat adanya jalan-jalan kereta api, dicapai oleh
kaum proletar modern dalam beberapa tahun saja.
Terorganisasinya kaum proletar menjadi kelas ini, dan dengan sendirinya
menjadi partai politik, senantiasa dirusak kembali oleh persaingan di antara
kaum buruh sendiri. Tetapi ia selalu bangun kembali, lebih kuat, lebih
teguh, lebih perkasa. la memaksakan pengakuan berdasarkan undang-udang
atas kepentingan-kepentingan tertentu dari kaum buruh dengan jalan menggunakan
perpecahan di dalam kalangan borjuasi sendiri. Maka lahirlah undang-undang
sepuluh-jam di Inggris.
Kesimpulannya ialah bahwa bentrokan-bentrokan antara kelas-kelas di
dalam masyarakat lama, dengan berbagai cara, mendorong maju perkembangan
proletariat. Borjuasi terlibat dalam perjuangan yang terus-menerus. Mula-mula
dengan aristokrasi; kemudian dengan bagian-bagian dari borjuasi itu sendiri
yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan kemajuan
industri; dan selamanya dengan borjuasi negeri-negeri asing semuanya. Di
dalam segala perjuangan ini ia merasa terpaksa berseru kepada proletariat,
meminta bantuannya, dan dengan begitu menarik proletariat ke dalam gelanggang
politik. Oleh karena itu, borjuasi itu sendiri membekali proletariat dengan
anasir-anasir politik dan pendidikan-umumnya sendiri, dengan perkataan
lain, ia melengkapi proletariat itu dengan senjata-senjata untuk melawan
borjuasi.
Selanjutnya, sebagaimana yang telah kita ketahui, golongan-golongan keseluruhan
dari kelas yang berkuasa, dengan majunja industri, tercampak ke dalam
proletariat, atau setidak-tidaknya terancam di dalam syarat-syarat mereka untuk
hidup. Hal ini juga memberikan kepada proletariat anasir-anasir kesadaran dan
kemajuan yang segar.
Akhirnya, dalam waktu ketika perjuangan kelas mendekati saat yang menentukan,
proses kehancuran yang berlaku di dalam kelas yang berkuasa, pada hakekatnya
di dalam seluruh masyarakat lama seutuhnya, mencapai watak yang demikian
keras dan tegasnya, sehingga segolongan kecil dari kelas yang berkuasa
memutuskan hubungannya dan menyatukan diri dengan kelas yang revolusioner,
kelas yang memegang hari depan di dalam tangannya. Oleh karena itu, sama
seperti ketika zaman terdahulu, segolongan dari kaum bangsawan memihak kepada
borjuasi, maka sekarang segolongan dari borjuasi memihak kepada proletariat,
dan terutama segolongan dari kaum ideologis borjuis yang telah mengangkat
dirinya sampai pada taraf memahami secara teori gerakan yang bersejarah itu
sebagai keseluruhan.
Dari semua kelas yang sekarang berdiri berhadap-hadapan dengan borjuasi, hanya
proletariatlah satu-satunya kelas yang betul-betul revolusioner. Kelas-kelas
lainnya melapuk dan akhimya lenyap ditelan industri besar, hanya proletariatlah
yang menjadi hasilnya yang istimewa dan yang hakiki.
Kelas tengah rendahan, tuan pabrik kecil, tuan toko, tukang, petani,
semuanya ini, berjuang melawan borjuasi, untuk menyelamatkan hidup mereka
sebagai golongan dari kelas tengah hindar dari kemusnahan. Oleh karena
itu mereka tidak revolusioner, tetapi konservatif. Bahkan lebih dari itu,
mereka itu reaksioner, karena mereka mencoba memutar kembali roda sejarah.
Jika secara kebetulan mereka itu revolusioner, maka mereka berlaku demikian
itu hanyalah karena melihat akan bahaya mendekat berupa kepindahan mereka
ke dalam proletariat, jadi mereka tidak membela kepentingan-kepentingannya
yang sekarang, tetapi kepentingan-kepentingannya di masa datang, mereka
meninggalkan pendiriannya sendiri untuk menempatkan dirinya pada pendirian
proletariat.
Proletariat-gelandangan [25], massa yang
membusuk secara pasif dari kalangan lapisan-lapisan terendah masyarakat lama,
di sana-sini terseret ke dalam gerakan oleh suatu revolusi proletar; akan
tetapi syarat-syarat hidupnya, menjadikan dia lebih condong untuk melakukan
peranan sebagai perkakas yang disuap untuk mengadakan huru-hara reaksioner.
Syarat-syarat hidup masyarakat lama sudah dihancurkan di dalam syarat-syarat
hidup proletariat. Proletar tidak mempunyai milik; hubungannya dengan isteri
dan anak tidak ada lagi persamaannya dengan hubungan keluarga borjuasi;
kerja industri modern, penundukan modern di bawah kapital, yang sama saja
baik di Inggris maupun di Perancis, di Amerika maupun di Jerman, telah
menghilangkan segala bekas watak nasional daripadanya. Undang-undang moral,
agama, baginya adalah sama dengan segala prasangka borjuis, yang di belakangnya
bersembunyi segala macam kepentingan-kepentingan borjuis.
Semua kelas terdahulu yang memperoleh kekuasaan, berusaha memperkuat kedudukan
yang telah diperolehnya dengan menundukkan masyarakat dalam keseluruhannya
kepada syarat-syarat pemilikan mereka. Kaum proletar tidak dapat menjadi
tuan atas tenaga-tenaga produktif dalam masyarakat, kecuali dengan menghapuskan
cara pemilikan mereka sendiri yang terdahulu atas tenaga-tenaga produktif,
dan dengan begitu menghapuskan juga segala cara pemilikan lain yang terdahulu.
Mereka tidak mempunyai sesuatu pun yang harus dilindungi dan dipertahankan,
tugas mereka ialah menghancurkan segala perlindungan dan jaminan yang terdahulu
atas milik perseorangan.
Semua gerakan sejarah yang terdahulu adalah gerakan dari minoritet-minoritet,
atau untuk kepentingan minoritet-minoritet. Gerakan proletar adalah gerakan
yang sadar-diri dan berdiri sendiri dari mayoritet yang melimpah, untuk
kepentingan mayoritet yang melimpah. Proletariat, lapisan yang paling rendah
dari masyarakat kita sekarang, tidak dapat bergerak, tidak dapat mengangkat
dirinya ke atas, tanpa hancur luluhnya seluruh lapisan atas dari masyarakat
yang resmi.
Walaupun tidak dalam isinya tetapi dalam bentuknya, perjuangan proletariat
dengan borjuasi adalah mula-mula suatu perjuangan nasional. Proletariat
di masing-masing negeri tentu saja pertama-tama harus membuat perhitungan
dengan borjuasinya sendiri.
Dalam melukiskan fase-fase yang paling umum dari perkembangan proletariat, kita
turuti jejak peperangan dalam negeri, yang lebih atau kurang tersembunyi yang
bergolak di dalam masyarakat yang ada, sampai pada titik di mana peperangan itu
meletus menjadi revolusi terang-terangan, dan di mana penggulingan borjuasi
dengan kekerasan meletakkan landasan bagi kekuasaan proletariat.
Hingga kini, sebagaimana yang telah kita ketahui, segala bentuk masyarakat
telah didasarkan atas antagonisme antara kelas-kelas yang menindas dengan
kelas-kelas yang tertindas. Tetapi untuk dapat menindas suatu kelas, haruslah
dijamin syarat-syarat tertentu untuknya di mana ia setidak-tidaknya dapat
melanjutkan hidupnya sebagai budak. Si hamba, dalam zaman perhambaan,
meningkatkan dirinya menjadi anggota komune, seperti juga halnya dengan si
borjuis kecil, di bawah tindakan absolutisme feodal, mengembangkan dirinya
menjadi borjuis. Sebaliknya, buruh modern bukannya terangkat naik dengan adanya
kemajuan industri, tetapi bahkan senantiasa makin jatuh merosot di bawah
syarat-syarat hidup kelasnya sendiri. Ia menjadi orang melarat dan kemelaratan
berkembang lebih cepat daripada penduduk dan kekayaan. Dan di sinilah menjadi
terang, bahwa borjuasi tidak pada tempatnya lagi untuk menjadi kelas yang
berkuasa di dalam masyarakat, dan tidak mampu lagi untuk memaksakan
syarat-syarat hidupnya kepada masyarakat sebagai undang-undang yang
menentukan. Ia tidak cakap memerintah karena ia tidak mampu menjamin
penghidupan bagi budaknya di dalam rangka perbudakannya itu, karena ia terpaksa
membiarkan budaknya tenggelam ke dalam keadaan yang sedemikian rupa sehingga ia
harus memberi makan kepada budaknya, dan bukannya ia diberi makan oleh
budaknya. Masyarakat tidak dapat lagi hidup di bawah borjuasi ini, dengan
perkataan lain, adanya borjuasi tidak dapat didamaikan lagi dengan masyarakat.
Syarat terpokok untuk hidupnya, dan berkuasanya kelas borjuis, adalah
terbentuknya dan bertambah besarnya kapital; syarat untuk kapital ialah
kerja-upahan. Kerja-upahan semata-mata bersandar pada persaingan di antara
kaum buruh sendiri. Kemajuan industri, yang pendorongnya dengan tak sengaja
adalah borjuasi, menggantikan terpencilnya kaum buruh, yang disebabkan oleh
persaingan, dengan tergabungnya mereka secara revolusioner, yang diperoleh
karena perserikatan. Perkembangan industri besar, karenanya, merenggut dari
bawah kaki borjuasi landasan itu sendiri yang di atasnya borjuasi
menghasilkan dan memiliki hasil-hasil. Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan oleh
borjuasi ialah, terutama sekali, penggali-penggali liang kuburnya sendiri.
Keruntuhan borjuasi dan kemenangan proletariat adalah sama-sama tidak dapat
dielakkan lagi.
II. Kaum proletar dan kaum Komunis
Bagaimanakah hubungan antara kaum Komunis dengan kaum proletar umumnya ?
Kaum Komunis tidak merupakan suatu partai tersendiri yang bertentangan
dengan partai-partai kelas buruh lainnya.
Mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tersendiri dan terpisah
dari kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.
Mereka tidak mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang sektaris, yang
hendak dijadikan pola bagi gerakan proletar.
Kaum Komunis dibandingkan dengan partai-partai kelas buruh lainnya berbeda
hanyalah karena hal ini:
1. Di dalam perjuangan nasional dari kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan serta mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama dari seluruh proletariat, terlepas dari segala nasionalitet.
2. Pada berbagai tingkat perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas buruh melawan borjuasi, mereka senantiasa dan di mana saja mewakili kepentingan-kepentingan gerakan itu sebagai keseluruhan.
1. Di dalam perjuangan nasional dari kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan serta mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama dari seluruh proletariat, terlepas dari segala nasionalitet.
2. Pada berbagai tingkat perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas buruh melawan borjuasi, mereka senantiasa dan di mana saja mewakili kepentingan-kepentingan gerakan itu sebagai keseluruhan.
Oleh sebab itu kaum Komunis, pada satu pihak, pada prakteknya adalah
bagian yang paling maju dan teguh hati dari partai-partai kelas buruh di
setiap negeri, bagian yang mendorong maju semua bagian lain-lainnya; pada
pihak lain, secara teori mereka mempunyai kelebihan atas massa proletariat
yang besar itu dalam pengertian tentang garis perjalanan, syarat-syarat,
dan hasil-hasil umum terakhir dari gerakan proletar.
Tujuan terdekat dari kaum Komunis adalah sama dengan tujuan semua partai
proletar lain-lainnya: pembentukan proletariat menjadi suatu kelas,
penggulingan kekuasaan borjuasi, perebutan kekuasaan politik oleh proletariat.
Kesimpulan-kesimpulan secara teori dari kaum Komunis sama sekali bukanlah
berdasar pada pikiran-pikiran atau prinsip-prinsip yang telah diciptakan,
atau yang ditemukan oleh salah seorang pembaharu-dunia.
Kesimpulan-kesimpulan itu hanya menyatakan semata-mata, secara umum,
hubungan-hubungan yang sebenarnya yang timbul dari suatu perjuangan kelas
yang sedang berlaku, dari suatu gerakan sejarah yang sedang berjalan di
depan mata kita. Penghapusan hubungan-hubungan milik yang ada sekarang
sama sekali bukanlah suatu ciri yang istimewa dari Komunisme.
Segala hubungan milik di masa lampau senantiasa tunduk pada perubahan
kesejarahan yang diakibatkan oleh perubahan syarat-syarat sejarah.
Revolusi Perancis misalnya, menghapuskan milik feodal untuk memberi tempat
kepada milik borjuis. [26]
Ciri istimewa Komunisme - bukanlah penghapusan milik pada umumnya, tetapi
penghapusan milik borjuis. Tetapi milik perseorangan borjuis modern adalah
pernyataan terakhir dan paling sempurna dari sistim menghasilkan dan memiliki
hasil-hasil yang didasarkan pada antagonisme-antagonisme kelas, pada
penghisapan terhadap yang banyak oleh yang sedikit.
Dalam artian ini, teori kaum Komunis dapatlah diikhtisarkan dalam satu
kalimat saja: Penghapusan milik perseorangan.
Kita kaum Komunis telah dimaki bahwa kita ingin menghapuskan hak atas
milik yang diperdapat seseorang sebagai hasil kerja orang itu sendiri,
milik yang dianggap sebagai dasar dari semua kemerdekaan, kegiatan dan
kebebasan seseorang.
Milik yang diperoleh dengan membanting tulang, yang direbut sendiri, yang
dicari sendiri secara halal! Apakah yang tuan maksudkan itu milik si tukang
kecil, milik si tani kecil, suatu bentuk milik yang mendahului bentuk milik
borjuis ? Itu tidak perlu dihapuskan; perkembangan industri telah
menghancurkannya banyak sekali, dan masih terus menghancurkannya setiap
harinya.
Ataukah yang tuan maksudkan itu milik perseorangan borjuis modern?
Tetapi adakah kerja-upahan, kerja si proletar, mendatangkan sesuatu milik
untuk dia? Sama sekali tidak. Ia menciptakan kapital, yaitu semacam milik yang
menghisap kerja-upahan, dan yang tidak dapat bertambah besar kecuali dengan
syarat bahwa ia menghasilkan kerja-upahan baru untuk penghisapan baru. Milik
dalam bentuknya yang sekarang ini adalah didasarkan pada antagonisme antara
kapital dengan kerja-upahan. Marilah kita periksa kedua belah segi dari
antagonisme ini.
Untuk menjadi seorang kapitalis, orang tidak saja harus mempunjai
kedudukan perseorangan semata-mata, tetapi
kedudukan sosial dalam produksi. Kapital adalah suatu hasil
kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari banyak
anggota, malahan lebih dari itu, pada tingkatan terakhir, ia hanya dapat
digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat.
Oleh karena itu kapital bukanlah suatu kekuasaan pribadi, ia adalah suatu
kekuasaan sosial.
Jadi, jika kapital itu dijadikan milik bersama, menjadi milik semua
anggota masyarakat, dengan itu milik pribadi tidak diubah menjadi milik
sosial. Hanyalah watak sosial milik yang diubah. Watak kelasnya hilang.
Marilah kita sekarang bicara tentang kerja-upahan.
Harga rata-rata dari kerja-upahan ialah upah minimum, yaitu jumlah bahan-bahan
keperluan hidup yang mutlak diperlukan untuk mempertahankan buruh sebagai
seorang buruh dalam hidup sekedarnya. Oleh karena itu, apa yang telah dimiliki
oleh buruh-upahan berkat kerjanya, hanyalah cukup untuk memperpanjang dan
melanjutkan lagi hidup yang sekedarnya itu. Kita sekali-kali tidak bermaksud
untuk menghapuskan pemilikan pribadi atas hasil-hasil kerja ini, pemilikan
yang digunakan untuk mempertahankan dan melanjutkan lagi hidup biasa sebagai
Manusia, dan yang tidak menyisakan kelebihan yang dapat digunakan untuk
menguasai kerja orang-orang lain. Yang hendak kita hapuskan hanyalah watak
celaka dari pemilikan ini, di mana buruh hidup hanya untuk memperbesar kapital
belaka, dan dibolehkan hidup hanya selama kepentingan kelas yang berkuasa
memerlukannya.
Di dalam masyarakat borjuis, kerja yang hidup ini hanyalah suatu alat
untuk memperbanyak kerja yang telah tertimbun. Di dalam masyarakat
Komunis, kerja yang tertimbun itu hanyalah suatu alat untuk memperluas,
memperkaya, memajukan kehidupan buruh.
Di dalam masyarakat borjuis, karenanya, masa lampau menguasai masa kini;
di dalam masyarakat Komunis, masa kini menguasai masa lampau. Di dalam
masyarakat borjuis, kapital adalah bebas merdeka dan mempunyai kepribadian,
sedang manusia yang bekerja tidak bebas dan tidak mempunyai kepribadian.
Dan penghapusan keadaan begini ini dikatakan oleh kaum borjuis, penghapusan
kepribadian dan kemerdekaan! Dan memang begitu. Penghapusan kepribadian
borjuis, penghapusan kebebasan borjuis dan kemerdekaan borjuis itulah yang
memang dituju.
Dengan kemerdekaan diartikan, di bawah syarat-syarat produksi borjuis
sekarang ini, perdagangan bebas, penjualan dan pembelian bebas.
Tetapi jika penjualan dan pembelian itu lenyap, penjualan dan pembelian
bebas itupun lenyap juga.
Obrolan tentang penjualan dan pembelian bebas ini, dan segala "kata-kata
gagah" lainnya dari borjuasi mengenai kemerdekaan pada umumnya, mempunyai arti,
jika ada, hanya jika dibandingkan dengan penjualan dan pembelian terbatas,
dengan pedagang-pedagang terbelenggu dari Zaman Tengah, tetapi tidak mempunyai
arti jika dipertentangkan dengan penghapusan secara Komunis atas penjualan dan
pembelian, atas cara produksi borjuis, dan atas borjuasi itu sendiri.
Tuan merasa ngeri karena maksud kami untuk menghapuskan milik perseorangan.
Tetapi di dalam rnasyarakat tuan yang ada sekarang ini, milik perseorangan
sudah dihapuskan bagi sembilan persepuluh dari penduduk; ia ada pada beberapa
orang justru karena ia tidak ada pada mereka yang sembilan persepuluh itu.
Jadi tuan memaki kami karena kami bermaksud menghapuskan suatu bentuk milik,
yang untuk adanya diperlukan syarat berupa tidak adanya suatu milik apa
pun bagi mayoritet melimpah dari masyarakat.
Pendek kata, tuan memaki kami bahwa kami bermaksud menghapuskan milik tuan.
Memang begitu, itulah justru yang kami maksudkan.
Sejak dari saat ketika kerja tidak lagi dapat dijadikan kapital, uang, atau
sewa, [27] dijadikan suatu kekuasaan
sosial yang dapat dimonopolisasi, artinya, sejak dari saat ketika milik pribadi
tidak dapat lagi dijadikan milik borjuis, dijadikan kapital, sejak dari saat
itu, tuan katakan, kepribadian telah hilang.
Maka itu tuan harus mengakui bahwa yang tuan maksudkan dengan pribadi adalah
tidak lain daripada seorang borjuis, seorang pemilik borjuis. Orang ini memang
harus disapu bersih dan tidak diberi kemungkinan untuk hidup.
Komunisme tidak menghapuskan kekuasaan seseorang untuk memiliki hasil-hasil
masyarakat; apa yang dilakukannya hanyalah merampas kekuasaan seseorang
untuk menjadikan kerja orang lain takluk kepadanya dengan cara pemilikan
semacam itu.
Orang telah mengemukakan keberatan bahwa dengan penghapusan milik perseorangan
akan berhentilah semua pekerjaan, dan kemalasan umum akan merajalela.
Menurut pendapat ini, masyarakat borjuis tentunya sudah lama lenyap
karena kemalasan semata-mata; karena mereka dari anggota-anggotanya yang
bekerja, tidak mendapat apa-apa, dan mereka yang mendapat sesuatu, tidak
bekerja. Seluruh keberatan ini hanyalah ungkapan lain dari kata-kata yang
sama artinya: tak ada lagi kerja-upahan apabila tak ada lagi kapital.
Semua keberatan yang dikemukakan terhadap cara menghasilkan dan memiliki
hasil-hasil material secara Komunis telah dikemukakan juga terhadap cara
menghasilkan dan memiliki hasil-hasil intelek secara Komunis. Justru karena
bagi kaum borjuis itu, lenyapnya milik kelas berarti lenyapnya produksi
itu sendiri, maka lenyapnya kebudayaan kelas baginya berarti juga lenyapnya
semua kebudayaan.
Kebudayaan itu, yang hilangnya sangat ditangisi olehnya, bagi golongan
terbanyak yang melimpah hanyalah berarti bahwa mereka itu dijadikan mesin.
Tetapi janganlah ribut bertengkar dengan kami selama terhadap penghapusan
milik borjuis yang kami maksudkan itu tuan mengenakan ukuran anggapan-anggapan
borjuis tuan tentang kemerdekaan, kebudayaan, hukum, dsb. Pikiran-pikiran
tuan itu justru adalah tidak lain daripada buah yang dihasilkan oleh syarat-syarat
produksi borjuis dan milik borjuis tuan, tepat seperti halnya dengan ilmu
hukum tuan adalah tidak lain daripada kemauan kelas tuan yang dijadikan
undang-undang untuk semua, suatu kemauan, yang tujuan serta wataknya yang
hakiki ditentukan oleh syarat-syarat hidup ekonomi kelas tuan.
Anggapan egoistis yang menyebabkan tuan mengubah bentuk-bentuk sosial yang
timbul, dari cara produksi dan bentuk milik tuan sekarang ini--hubungan-hubungan
kesejarahan yang timbul dan lenyap selama gerak maju produksi--menjadi hukum
alam dan hukum akal yang abadi, anggapan ini sama dengan anggapan semua kelas
berkuasa yang telah mendahului tuan. Apa yang sudah jelas tuan ketahui tentang
milik kuno [28], apa yang sudah tuan
akui tentang milik feodal, tentu saja akan terlarang bagi tuan untuk mengakui
tentang bentuk milik borjuis tuan sendiri.
Penghapusan keluarga! Orang yang paling radikal pun akan naik darah
karena maksud keji kaum Komunis ini.
Didasarkan atas landasan apakah keluarga sekarang, keluarga borjuis itu? Atas
kapital, atas hasil pendapatan perseorangan. Dalam bentuknya yang berkembang
sempurna keluarga semacam ini terdapat hanya di kalangan borjuasi saja. Tetapi
keadaan ini mempunyai pelengkapnya berupa ketiadaan keluarga yang terpaksa di
kalangan kaum proletar, dan berupa pelacuran umum.
Keluarga borjuis akan lenyap dengan sendirinya apabila pelengkapnya
lenyap, dan kedua-duanya akan lenyap bersama dengan lenyapnya kapital.
Apakah tuan menuduh kami hendak menghentikan penghisapan anak-anak oleh
orang tuanya? Kami mengakui kejahatan ini.
Tetapi, tuan akan berkata, kami menghancurkan hubungan-hubungan yang paling
mesra, karena kami mengganti pendidikan rumah dengan pendidikan sosial.
Dan apakah pendidikan tuan tidak juga ditentukan oleh masyarakat? Oleh
hubungan-hubungan sosial, yang di bawah syarat-syaratnya tuan mendidik, oleh
campur tangan langsung, atau tidak langsung dari masyarakat dengan perantaraan
sekolah-sekolah, dsb.? Kaum Komunis tidak menciptakan campur tangan masyarakat
dalam pendidikan; mereka hanya berusaha untuk mengubah watak campur tangan itu,
dan untuk menyelamatkan pendidikan agar hindar dari pengaruh kelas yang
berkuasa.
Obrolan borjuis tentang keluarga dan pendidikan, tentang ikatan mesra
antara ibu-bapak dengan anak, menjadi makin memuakkan, seiring dengan,
karena akibat industri besar, makin terputusnya segala ikatan keluarga
di kalangan kaum proletar, dan makin terubahnya anak-anak mereka menjadi
barang dagangan biasa dan perkakas kerja.
Tetapi kalian kaum Komunis hendak melakukan hak bersama atas kaum wanita,
teriak seluruh borjuasi dengan serentak.
Borjuis memandang isterinya hanya sebagai suatu perkakas produksi belaka. Ia
mendengar bahwa perkakas-perkakas produksi akan digunakan bersama, dan tentu
saja tidak akan sampai pada kesimpulan lain kecuali bahwa nasib dipergunakan
bersama itu akan menimpa pula kaum wanita.
Ia sama sekali tidak mempunyai dugaan bahwa sasaran sebenarnya yang
dituju ialah justru menghapuskan kedudukan kaum wanita sebagai perkakas
produksi semata-mata.
Lain daripada itu tak ada lagi yang lebih menggelikan daripada kegusaran
borjuis kita terhadap apa yang mereka namakan hak-bersama atas kaum wanita
yang secara resmi berlaku di kalangan kaum Komunis. Kaum Komunis tidak
perlu melakukan hak-bersama atas kaum wanita; hal ini telah ada hampir
sepanjang segala zaman.
Borjuis kita tidak puas dengan hal bahwa untuk mereka ada tersedia
isteri-isteri dan anak-anak gadis kaum proletar, belum lagi pelacur-pelacur
biasa, sangat gemar saling menggoda isteri-isteri yang satu dengan lainnya di
kalangan mereka sendiri.
Dalam kenyataannya perkawinan borjuis adalah suatu sistim isteri-isteri untuk
bersama. Kaum Komunis paling banyak hanyalah dapat dituduh bahwa mereka hendak
melakukan hak-bersama atas kaum wanita secara sah dan terang-terangan, untuk
mengganti yang tersembunyi secara munafik. Lain daripada itu, teranglah dengan
sendirinya bahwa hapusnya sistim produksi yang sekarang ini tentu mengakibatkan
pula hapusnya hak-bersama atas kaum wanita yang timbul dari sistim tersebut,
ialah hapusnya pelacuran baik yang resmi maupun yang tidak resmi.
Selanjutnya kaum Komunis dituduh hendak menghapuskan tanah air dan
nasionalitet.
Kaum buruh tidak mempunyai tanah air. Kita tidak dapat mengambil dari
mereka apa yang tidak ada pada mereka. Karena proletariat pertama sekali
harus merebut kekuasaan politik, harus mengangkat dirinya menjadi kelas
yang memimpin dari nasion, harus mewujudkan dirinya sebagai nasion, maka
sejauh itu ia bersifat nasional, biarpun tidak dalam arti kata menurut
borjuasi.
Perselisihan-perselisihan dan antagonisme-antagonisme nasional antara
bangsa-bangsa makin lama makin menghilang, disebabkan oleh perkembangan
borjuasi, oleh kemerdekaan berdagang, oleh pasar dunia, oleh keseragaman
dalam cara produksi dan dalam syarat-syarat hidup yang selaras dengan itu.
Kekuasaan proletariat akan lebih mempercepat hilangnya itu semua. Aksi
yang bersatu, paling tidak dari negeri-negeri yang beradab, adalah salah
satu syarat utama untuk pembebasan proletariat.
Sederajat dengan dihapuskannya penghisapan atas seseorang oleh orang
lainnya, dihapuskan jugalah penghisapan atas suatu nasion oleh nasion lainnya.
Sederajat dengan hilangnya antagonisme antara kelas-kelas dalam suatu nasion,
berakhir jugalah permusuhan suatu nasion terhadap nasion lainnya.
Tuduhan-tuduhan terhadap Komunisme yang didasarkan pada pendirian agama,
filsafat dan, pada umumnya, pendirian ideologi tidaklah perlu diperhatikan
dengan sungguh-sungguh.
Apakah diperlukan penglihatan yang dalam, untuk memahami bahwa pikiran,
pandangan dan pengertian manusia, pendek kata, kesadaran manusia, berubah
dengan tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat hidup materilnya, dalam
hubungan-hubungan sosialnya dan dalam kehidupan sosialnya?
Hal lain apakah yang dibuktikan oleh sejarah pikiran, kecuali bahwa
produksi intelek mengubah wataknya sederajat dengan hal bahwa produksi
materil telah berubah? Pikiran-pikiran yang menguasai dalam tiap-tiap zaman
adalah senantiasa pikiran-pikiran kelas yang berkuasa.
Apabila orang berbicara tentang pikiran-pikiran yang merevolusionerkan
masyarakat, ia tidak lain hanyalah, mengungkapkan kenyataan, bahwa di dalam
masyarakat lama, anasir-anasir dari suatu masyarakat baru telah diciptakan,
dan bahwa leburnya pikiran-pikiran lama berjalan dengan langkah-langkah
yang sama dengan leburnya syarat-syarat hidup yang lama.
Ketika dunia kuno sedang mendekati ajalnya, agama-agama kuno ditaklukkan
oleh agama Kristen. Ketika pikiran-pikiran Kristen dalam abad ke-18 tunduk
pada pikiran-pikiran rasionil, masyarakat feodal melakukan perjuangan mautnya
melawan borjuasi yang ketika itu revolusioner. Pikiran-pikiran tentang
kebebasan beragama dan kemerdekaan menganut suara hati, hanyalah mengungkapkan
adanya kekuasaan persaingan bebas di dalam bidang pengetahuan.
"Tak dapat disangkal lagi," demikian orang akan berkata, pikiran-pikiran
bersendikan agama, moral, filsafat, hukum, dsb. telah berubah dalam perjalanan
perkembangan sejarah. Tetapi agama, moral, filsafat, ilmu politik, dan
hukum, senantiasa tetap bertahan dan mengatasi pergantian ini.
"Kecuali itu, ada kebenaran-kebenaran abadi, semacam Kemerdekaan, Keadilan,
dsb., yang lazim berlaku untuk segala keadaan masyarakat. Tetapi Komunisme
menghapuskan kebenaran-kebenaran abadi, ia menghapuskan semua agama, dan
semua moral, dan bukannya menyusun semuanya itu atas dasar yang baru; karenanya
ia bertindak bertentangan dengan segala pengalaman sejarah yang lampau."
Apakah jadinya arti tuduhan ini? Sejarah dari seluruh masyarakat masa lampau
terdiri dari perkembangan antagonisme-antagonisme kelas,
antagonisme-antagonisme yang mempunyai berbagai bentuk dalam berbagai zaman.
Tetapi bagaimanapun juga bentuknya, satu kenyataan adalah sama untuk segala
zaman yang telah lampau, yaitu, penghisapan atas sebagian dari masyarakat oleh
suatu bagian yang lain. Maka tidaklah mengherankan bahwa kesadaran sosial dari
abad-abad yang lampau, biarpun terdapat segala kebanyak ragaman dan corak,
bergerak dalam bentuk-bentuk tertentu yang sama, atau pikiran-pikiran umum,
yang tidak dapat hilang sepenuhnya kecuali dengan lenyapnya sama sekali
antagonisme-antagonisme kelas.
Revolusi Komunis adalah pemutusan yang paling radikal dengan hubungan-hubungan
milik yang tradisionil; tidaklah mengherankan bahwa perkembangannya membawa
serta pemutusan yang paling radikal dengan pikiran-pikiran yang tradisionil.
Tetapi marilah kita biarkan saja dulu, keberatan-keberatan borjuis terhadap
Komunisme.
Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas
buruh, adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa,
memenangkan perjuangan demokrasi.
Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi
selangkah, semua kapital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke
dalam tangan Negara, artinya, proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang
berkuasa [29]; dan untuk meningkatkan
jumlah tenaga-tenaga produktif secepat mungkin.
Tentu saja, pada permulaannya, ini tak dapat dilaksanakan kecuali dengan jalan
perombakan tak kenal ampun terhadap hak-hak atas milik, dan terhadap syarat
produksi borjuis; oleh sebab itu dengan jalan tindakan-tindakan yang
nampaknya secara ekonomi tidak mencukupi dan tak tertahankan, tetapi yang
selama berlangsungnya gerakan itu, berlari lebih cepat, sehingga menghendaki
perombakan yang lebih lanjut terhadap susunan masyarakat lama, dan merupakan
sesuatu yang tak terelakkan sebagai cara untuk merevolusionerkan cara produksi.
Tindakan-tindakan ini tentu saja akan berlainan di negeri-negeri yang
berlainan.
Biarpun demikian, di negeri-negeri yang paling maju, tindakan-tindakan yang
berikut ini umumnya dapat saja diterapkan
[30].
1. Penghapusan milik berupa tanah dan penggunaan segala sewa tanah untuk
anggaran Negara.
2. Pajak penghasilan progresif yang berat.
3. Penghapusan hak waris.
4. Penyitaan milik semua emigran dan pemberontak.
5. Pemusatan kredit di tangan Negara, dengan perantaraan sebuah bank nasional dengan kapital Negara dan monopoli penuh.
6. Pemusatan alat-alat perhubungan dan pengangkutan ke dalam tangan Negara. 7. Penambahan pabrik-pabrik dan perkakas-perkakas produksi yang dimiliki oleh Negara; penggarapan tanah-tanah terlantar, dan perbaikan tanah umumnya sesuai dengan rencana bersama.
8. Wajib kerja yang sama untuk semua, pembentukan tentara-tentara industri, terutama untuk pertanian.
9. Penggabungan antara perusahaan pertanian dengan perusahaan industri, penghapusan berangsur-angsur perbedaan antara kota dan desa, dengan pembagian penduduk yang lebih seimbang ke seluruh negeri.
10. Pendidikan cuma-cuma untuk semua anak di sekolah-sekolah umum; penghapusan kerja anak-anak di pabrik dalam bentuknya yang sekarang ini. Perpaduan pendidikan dengan produksi materiil, dsb., dsb.
2. Pajak penghasilan progresif yang berat.
3. Penghapusan hak waris.
4. Penyitaan milik semua emigran dan pemberontak.
5. Pemusatan kredit di tangan Negara, dengan perantaraan sebuah bank nasional dengan kapital Negara dan monopoli penuh.
6. Pemusatan alat-alat perhubungan dan pengangkutan ke dalam tangan Negara. 7. Penambahan pabrik-pabrik dan perkakas-perkakas produksi yang dimiliki oleh Negara; penggarapan tanah-tanah terlantar, dan perbaikan tanah umumnya sesuai dengan rencana bersama.
8. Wajib kerja yang sama untuk semua, pembentukan tentara-tentara industri, terutama untuk pertanian.
9. Penggabungan antara perusahaan pertanian dengan perusahaan industri, penghapusan berangsur-angsur perbedaan antara kota dan desa, dengan pembagian penduduk yang lebih seimbang ke seluruh negeri.
10. Pendidikan cuma-cuma untuk semua anak di sekolah-sekolah umum; penghapusan kerja anak-anak di pabrik dalam bentuknya yang sekarang ini. Perpaduan pendidikan dengan produksi materiil, dsb., dsb.
Apabila, dalam perjalanan perkembangan, perbedaan-perbedaan kelas telah
hilang, dan seluruh produksi telah dipusatkan ke dalam tangan suatu perserikatan
luas dari seluruh nasion, kekuasaan umum akan kehilangan watak politiknya.
Kekuasaan politik, menurut arti kata yang sesungguhnya, hanyalah kekuasaan
terorganisasi dari suatu kelas untuk menindas kelas yang lain. Apabila
proletariat selama perjuangannya melawan borjuasi terpaksa, karena tekanan
keadaan, mengorganisasi dirinya sebagai kelas, apabila, dengan jalan revolusi,
ia menjadikan dirinya kelas yang berkuasa, dan, sebagai kelas yang berkuasa,
menghapuskan dengan kekerasan hubungan-hubungan produksi yang lama, maka
ia, bersama-sama dengan syarat-syarat ini akan menghilangkan syarat-syarat
untuk adanya antagonisme-antagonisme kelas dan adanya kelas-kelas pada
umumnya, dan dengan demikian akan menghapuskan kekuasaannya sendiri sebagai
kelas.
Sebagai ganti dari masyarakat borjuis yang lama, dengan kelas-kelasnya
beserta antagonisme-antagonisme kelasnya, kita akan mempunyai suatu persekutuan
hidup di mana perkembangan bebas dari setiap orang menjadi syarat bagi
perkembangan bebas dari semuanya.
III. Literatur Sosialis dan Komunis [31]
1. Sosialisme reaksioner
a. Sosialisme feodal
Disebabkan oleh kedudukanya di dalam sejarah, menjadilah panggilan suci
aristokrasi Perancis dan Inggeris untuk menulis brosur-brosur menentang
masyarakat burjuis modern. Dalam revolusi Perancis bulan Juli 1830, dan dalam
gerakan Reform Inggeris, [32]
aristokrasi ini sekali lagi takluk pada parvenu
[33] yang dibenci itu. Suatu perjuangan
politik yang gawat sudah tidak mungkin ada lagi sama sekali. Hanya tinggal
perjuangan literaturlah yang masih mungkin. Tetapi dalam lapangan literaturpun
semboyan-semboyan lama dari zaman restorasi telah menjadi tidak mungkin.
[34]
Untuk membangkitkan simpati, aristokrasi itu terpaksa pura-pura melupakan
kepentinganya sendiri dan merumuskan surat tuduhanya terhadap burjuasi demi
kepentingan kelas buruh yang terhisap semata-mata. Jadi aristokrasi membalas
dendamnya dengan menjanjikan lagu-lagu sindiran terhadap majikannya yang baru,
dan membisikkan ke telinga majikanya itu ramalan-ramalan buruk tentang bencana
yang akan datang.
Dengan jalan ini timbullah sosialisme feodal: setengah ratapan, setengah
sindiran; setengah gema masa lampau, setengah ancaman masadatang; kadang-kadang
dengan kritiknya yang pietah, pahit dan tajam menusuk burjuasi tepat pada ulu
hatinya; tetapi akibatnya selalu menggelikan karena sama sekali tak mempunyai
kemampuan untuk memahami perjalanan sejarah modern.
Untuk menghimpun Rakyat di sekitar dirinya, aristokrasi melambai-lambaikan
kantong-pengemis proletar sebagai panji-panjinya. Tetapi sedemikian sering
Rakyat mengikuti mereka, Rakyat melihat di belakang mereka lambang kebesaran
feodal yang lama, dan lari bubar dengan tawa lebar dan mengejek.
Dalam menunjukkan bahwa cara penghisapan mereka adalah berlainan dengan cara
penghisapan burjuasi, kaum feodal lupa bahwa mereka menghisap dalam
keadaan-keadaan dan syarat-syarat yang berlainan sama sekali, dan yang kini
telah menjadi kuno. Dalam memperlihatkan bahwa di bawah kekuasaan mereka tak
pernah ada proletariat modern, mereka.lupa bahwa burjuasi modern adalah anak
keturunan yang sewajarnya dari bentuk masyarakat mereka sendiri.
Lain daripada itu, mereka sedikit sekali menyembunyikan watak reaksioner dari
kritiknya sehingga tuduhan mereka yang terutama terhadap burjuasi berarti juga
bahwa di bawah rezim burjuis berkembanglah suatu kelas, yang nantinya
akan pasti menghancurleburkan seluruh susunan tatatertib masyarakat lama.
Kemarahan mereka terhadap burjuasi mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan
proletariat, tidak sehebat kemarahannya mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan
proletariat yang revolusioner.
Oleh sebab itu, dalam praktek politik, mereka ikut serta dalam segala tindakan
kekerasan terhadap kelas buruh; dan dalam kehidupan biasa sehari-hari, biarpun
ucapan-ucapannya begitu muluk tinggi membubung, mereka tidak malu-malu untuk
memungut warisan buah lezat yang jatuh dari pohon industri dan tidak malu-malu
pula untuk menukarkan kejujuran, cinta dan kehormatan dengan perdagangan bulu
domba, perdagangan ubi-gula dan minuman-minuman keras yang terbuat dari
kentang. [37]
Sebagaimana pendeta senantiasa berjalan bergandengan tangan dengan tuan tanah,
demikian jugalah Sosialisme Gereja dengan Sosialisme Feodal.
Tak ada hal lain yang lebih mudah daripada memberi pulasan Sosialis pada
asetisme [38] Kristen. Bukankah agama
Kristen telah berseru dengan lantangnya menentang milik perseorangan, menentang
perkawinan, menentang Negara? Bukankah ia, sebagai ganti semuanya itu tadi,
telah mengkhotbahkan kedermawanan dan kemiskinan, pembujangan dan kebiasaan
menahan nafsu, kehidupan biara dan Ibunda Gereja? Sosialisme Kristen tidak
lain hanyalah air suci yang digunakan oleh pendeta untuk mengkuduskan
sakit-hati kaum aristokrat.
b. Sosialisme Burjuis Kecil
Aristokrasi feodal bukanlah satu-satunya kelas yang telah diruntuhkan oleh
burjuasi, bukanlah satu-satunya kelas yang syarat-syarat kelangsungannya
menjadi rusak dan musnah dalam suasana masyarakat burjuis modern. Warga kota
dari Zaman Tengah dan petani pemilik kecil adalah pendahulu dari burjuasi
modern. Di negeri-negeri yang industri dan perniagaannya belum berkembang,
kedua kelas ini masih hidup berdampingan dengan burdjuasi yang sedang tumbuh.
Di negeri-negeri di mana peradaban modern telah berkembang sepenuhnya,
terbentuklah suatu kelas burjuis kecil, yang terombang-ambing di antara
proletariat dan burjuasi dan senantiasa memperbarui dirinya sebagai
bagian-tambahan dari masyarakat burjuis. Tetapi anggota-anggota orang-seorang
dari kelas ini terus-menerus dicampakkan kedalam kalangan proletariat oleh
karena persaingan, dan setelah industri modern maju, mereka itu malahan melihat
datangnya saat dimana mereka akan lenyap sama sekali sebagai golongan yang
berdiri-sendiri dari masyarakat modern, untuk digantikan, dalam
perusahaan-perusahaan, pertanian dan perniagaan, oleh mandor-mandor,
pegawai-pegawai, dan pelayan-pelayan toko.
Di negeri-negeri semacam Perancis, di mana kaum taninya merupakan bagian yang
jauh lebih besar daripada separo jumlah penduduk, adalah wajar bahwa
penulis-penulis yang memihak proletariat menentang burjuasi, memakai ukuran
petani dan burjuis kecil dalam kritiknya terhadap rezim burjuis, dan dari segi
pendirian kelas-kelas perantara ini membela kelas buruh. Dengan begitu
timbullah Sosialisme burjuis kecil. Sismondi
[39] adalah pemuka dari ajaran ini,
tidak hanya di Perancis saja, tetapi juga di Inggeris.
Ajaran Sosialisme ini dengan sangat tajamnya mengurai kontradiksi-kontradiksi
di dalam syarat-syarat industri modern. Ia menelanjangi pembelaan-pembelaan
munafik dari kaum ekonomis. Ia membuktikan dengan tak dapat disangkal lagi,
akibat-akibat yang mencelakakan dari mesin dan pembagian kerja; konsentrasi
kapital dan tanah ke dalam beberapa tangan saja; produksi-kelebihan dan
krisis-krisis ; ia menunjukkan keruntuhan yang tak terelakkan dari burjuis
kecil dan tani, kesengsaraan proletariat, anarki dalam produksi, ketidakadilan
yang sangat menyolok dalam pembagian kekayaan, perang pemusnahan di bidang
industri di kalangan nasion-nasion, penghancuran ikatan-ikatan moral lama,
hubungan-hubungan kekeluargaan lama, nasionalitet-nasionalitet lama.
Menurut tujuannya yang positif, bagaimanapun juga Sosialisme macam
ini memperjuangkan hidup kembalinya alat-alat produksi dan alat-alat
pertukaran lama dan bersama itu semua hubungan milik lama serta
masyarakat lama, atau membatasi alat-alat produksi dan alat-alat
pertukaran modern di dalam rangka hubungan milik lama yang telah
dan pasti dihancurkan oleh alat-alat itu. Dalam kedua hal ini,
kedua-duanya adalah reaksioner dan utopi.
Kata-kata mereka yang terakhir ialah: Gabungan gilde sebagai ganti
manufaktur; hubungan-hubungan patriarkal dalam pertanian.
Akhirnya, ketika kenyataan-kenyataan sejarah yang tak dapat dibantah
lagi telah menghapuskan semua pengaruh dari penipuan diri sendiri
yang memabukkan, Sosialisme macam ini mengundurkan diri dengan
hina dan sangat mengibakan.
c. Sosialisme Jerman atau Sosialisme “Sejati”
Literatur Sosialis dan Komunis Perancis, suatu literatur yang lahir di bawah
tekanan burjuasi yang sedang berkuasa, dan yang merupakan pernyataan dari
perjuangan melawan kekuasaan ini, dimasukkan ke Jerman pada suatu waktu ketika
burjuasi di negeri itu baru saja memulai perjuangannya menentang absolutisme
feodal.
Kaum filsuf, setengah-filsuf dan “jiwa-jiwa berbakat” Jerman dengan
penuh nafsu menguasai literatur ini dan hanya lupa bahwa berpindahnya
tulisan-tulisan tersebut keluar dari Perancis tidaklah disertai oleh
berpindahnya syarat-syarat sosial Perancis ke Jerman. Setelah berhadap-hadapan
dengan syarat-syarat sosial di Jerman, literatur Perancis ini kehilangan segala
arti praktisnya yang langsung, dan hanya mempunyai corak literer semata-mata.
Dengan demikian, bagi para filsuf Jerman abad kedelapanbelas, tuntutan-tuntutan
Revolusi Perancis yang pertama tidaklah lebih daripada tuntutan-tuntutan
“Akal Praktis” pada umumnya, dan pernyataan kemauan dari burjuasi
yang revolusioner, menurut pandangan mereka berarti hukum-hukum dari Kemauan
belaka, hukum-hukum dari Kemauan sebagaimana yang seharusnya, hukum-hukum dari
Kemauan manusia yang sejati pada umumnya.
Tulisan-tulisan kaum literat Jerman hanya berwujud penyesuaian
pikiran-pikiran baru Perancis itu dengan perasaan filsafat kuno
mereka, atau lebih tepat lagi, mengambil pikiran-pikiran Perancis
itu dengan tidak meninggalkan pandangan filsafat mereka sendiri.
Cara mengambilnya berlangsung sama seperti memiliki bahasa asing,
yaitu dengan jalan menterjemahkan.
Umum mengetahui bagaimana rahib-rahib menuliskan riwayat hidup
yang tidak masuk akal dari orang-orang suci Katolik di atas
manuskrip di mana telah dituliskan karangan-karangan kelasik dari
zaman purbakala ketika orang belum beragama. Kaum literat
Jerman berbuat sebaliknya dengan literatur keduniaan Perancis.
Mereka menuliskan filsafatnya yang tidak ada artinya itu di belakang
tulisan Perancis yang asli. Misalnya, di belakang kritik Perancis
tentang fungsi-fungsi ekonomi dari uang mereka tulis “Pengungkiran
terhadap Kemanusiaan”, dan di belakang kritik Perancis tentang
negara burjuis, mereka tulis “Penghapusan pengaruh faham abstrak
pada umumnya”, dan seterusnya.
Penyelundupan kata-kata kosong filsafat ini ke dalam kritik-kritik
Perancis bersejarah itu mereka namakan “Filsafat Tindakan”,
“Sosialisme Sejati”, “Ilmu Jerman tentang Sosialisme”,
“Dasar Filsafat Sosialisme”, dan seterusnya.
Literatur Sosialis dan Komunis Perancis dengan demikian menjadi dikebiri sama
sekali. Dan oleh karena literatur ini di dalam tangan bangsa Jerman tidak lagi
menyatakan perjuangan suatu kelas melawan kelas lainnya, dia merasa yakin telah
mengatasi “kesepihakan Perancis” dan merasa telah mengemukakan bukan
keperluan-keperluan yang sebenarnya, tetapi keperluan-keperluan akan Kebenaran;
bukan kepentingan-kepentingan proletariat, tetapi kepentingan-kepentingan Dunia
Kemanusiaan, Manusia umumnya, yang tidak termasuk dalam sesuatu kelas, tidak
mempunyai kenyataan, manusia yang hanya terdapat di dalam dunia gelap khayalan
filsafat saja.
Sosialisme Jerman ini yang telah menerima pelajarannya sebagai murid begitu
sungguh-sungguh dan khidmat, dan yang telah memuji-muji dagangannya yang tak
berharga itu dengan gaja tukang jual obat, sementara itu berangsur-angsur
berkurang ketololannya yang congkak itu.
Perlawanan burjuasi Jerman dan terutama burjuasi Prusia terhadap aristokrasi
feodal dan monarki absolut dengan perkataan lain, gerakan liberal, menjadi
semakin sengit.
Dengan demikian Sosialisme “Sejati” mendapat kesempatan
yang telah dinanti-nantikan itu untuk menghadapi gerakan politik
dengan tuntutan-tuntutan Sosialls, untuk melemparkan kutukan-kutukan
tradisionil terhadap liberalisme, terhadap pemerintah yang representatif,
terhadap persaingan burjuis, kemerdekaan pers burjuis, perundang-undangan
burjuis, kemerdekaan dan persamaan burjuis, dan untuk menganjurkan
kepada massa bahwa mereka tak akan mendapat suatu apapun dan akan
kehilangan segala-galanya dalam gerakan burjuis ini. Sosialisme
Jerman yang menjadi kumandang kosong dari kritik-kritik Perancis
justru lupa pada waktu itu, bahwa kritik-kritik Perancis mengandung
ketentuan adanya masyarakat burjuis modern dengan syarat-syarat
ekonomi hidupnya yang sesuai dan susunan politik yang disesuaikan
dengan itu, ialah hal-hal yang sebenarnya harus dicapai sebagai
tujuan dari perjuangan yang akan datang di Jerman.
Bagi pemerintah-pemerintah yang mempunyai kekuasaan mutlak dengan
pengikut-pengikutnya yang terdiri dari pendeta-pendeta, profesor-profesor,
tuantanah-tuantanah besar dan pegawai-pegawai pemerintah, Sosialisme
“Sejati” ini merupakan suatu alat yang berguna untuk menakut-nakuti
burjuasi yang sedang mengancam.
Ini adalah sebagai obat penawar sesudah merasakan kepedihan cambukan dan
tembakan yang digunakan oleh pemerintah-pemerintah tadi, justru pada waktu
itu, untuk menghadapi pemberontakan-pemberontakan kelas buruh Jerman.
Jadi selain daripada Sosialisme “Sejati” ini menjadi senjata bagi
pemerintah-pemerintah itu guna melawan burjuasi Jerman, ia juga langsung
mewakili kepentingan reaksioner, kepentingan burjuasi kecil Filistin
[40] Jerman. Di Jerman, kelas
burjuis kecil, peninggalan abad keenambelas, yang sejak itu
senantiasa timbul kembali dalam berbagai bentuk, adalah dasar sosial yang
sebenarnya dari keadaan-keadaan yang sedang berlaku.
Mempertahankan kelas ini berarti mempertahankan keadaan-keadaan yang sedang
berlaku di Jerman. Kekuasaan industri dan politik dari burjuasi mengancam
kelas ini dengan suatu kehancuran - pada satu pihak, karena konsentrasi
kapital; pada pihak lain, karena timbulnya proletariat yang revolusioner.
Sosialisme “Sejati” timbul untuk membunuh kedua mangsanya ini dengan
satu kali pukul. Ia menjalar seperti suatu wabah.
Pakaian yang terbuat daripada jaring laba-laba yang spekulatif, disulam dengan
bunga kata-kata indah yang dicelup ke dalam air perasaan hati yang merana,
pakaian yang luar biasa ini yang digunakan oleh kaum Sosialis Jerman untuk
membalut “kebenaran-kebenaran abadi” mereka yang tidak berharga, yang
hanya tinggal kulit dan tulang belaka, dapat memperluas penjualan barang
dagangan mereka secara luar biasa di kalangan publik yang semacam itu.
Dan dari pihaknya sendiri, Sosialisme Jerman makin lama makin mengakui
panggilan atas dirinya sebagai wakil dari kaum Filistin burjuis kecil yang
sombong.
Ia mengumumkan nasion Jerman sebagai manusia teladan dan Filistin kecil Jerman
sebagai manusia teladan. Kepada setiap kerendahan budi yang keji dari manusia
teladan ini ia berikan pengertian sosialis yang lebih tinggi, yang tersembunyi,
yang sungguh bertentangan dengan wataknya yang sebenarnya. Ia telah bertindak
sedemikian jauh hingga dengan langsung menentang aliran Komunisme yang
“merusak secara ganas”, dan dengan menyatakan kebenciannya yang amat
sangat dan tidak berpihak terhadap semua perjuangan kelas. Kecuali beberapa
buah saja, segala yang dinamakan publikasi Sosialis dan Komunis yang sekarang
(1847) beredar di Jerman termasuk dalam lingkungan literatur yang kotor dan
melemahkan semangat ini. [e]
2. Sosialisme Konservatif atau Sosialisme Burjuis
Sebagian dari burjuasi berkehendak memperbaiki kepincangan-kepincangan
sosial untuk menjamin kelangsungan masyarakat burjuis.
Ke dalam golongan.ini termasuk kaum ekonomis, filantropis, humanis, golongan
yang bertujuan memperbaiki keadaan kelas buruh, organisator-organisator badan
amal, anggota-anggota perkumpulan-perkumpulan penyayang binatang, kaum fanatis
penganut kesederhanaan, kaum perombak secara tambalsulam dari segala macam
corak. Dan lagi bentuk Sosialisme ini telah diolah lebih lanjut dan tersusun
menjadi sistim-sistim yang sempurna.
Sebagai suatu contoh dari Sosialisme macam ini boleh disebut Philosophie
de la Misère [41] dari
Proudhon.
Burjuis Sosialis menghendaki segala kebaikan dan manfaat dari
syarat-syarat sosial modern tanpa perjuangan dan bahaya-bahaya
yang mesti timbul dari situ. Mereka menginginkan keadaan masyarakat
yang sekarang tanpa anasir-anasirnya yang revolusioner dan yang
mendatangkan kehancuran. Mereka menghendaki suatu burjuasi tanpa
proletariat. Burjuasi tentu saja menganggap dunia di mana ia menjadi
yang dipertuan sebagai dunia yang terbaik. Sosialisme burjuis
mengembangkan anggapan yang menyenangkan ini menjadi berbagai
sistim yang sempurna atau setengah sempurna. Dalam menghendaki
supaya proletariat melaksanakan sistim semacam itu, dan supaya
dengan demikian langsung memasuki Jerusalem Baru, ia dalam kenyataannya
hanyalah menghendaki supaya proletariat tinggal di dalam batas-batas
masyarakat yang ada sekarang, tetapi harus melemparkan segala
pikiran kebenciannya mengenai burjuasi.
Bentuk yang kedua dari Sosialisme ini yang lebih praktis tetapi
kurang sistimatis, mencoba mengecilkan tiap gerakan revolusioner
di mata kelas buruh dengan menunjukkan bahwa bukan reform politik
semata-mata, tetapi hanyalah suatu perubahan dalam syarat-syarat
hidup materiil, dalam hubungan-hubungan ekonomi, yang akan mendatangkan
sesuatu manfaat dan keuntungan bagi mereka. Tetapi dengan perubahan-perubahan
dalam syarat-syarat hidup materiil, bentuk Sosialisme ini sekali-kali
tidak mengartikan penghapusan hubungan-hubungan produksi burjuis,
suatu penghapusan yang hanya dapat dilakukan dengan suatu revolusi,
tetapi perbaikan-perbaikan administratif yang didasarkan pada
terus berlangsungnya hubungan-hubungan produksi ini; maka itu,
perbaikan-perbaikan yang sama sekali tidak mempengaruhi hubungan-hubungan
antara kapital dengan kerja, tetapi paling banyak, mengurangi
beaja dan menyederhanakan pekerjaan administratif pemerintah burjuis.
Sosialisme burjuis mendapat pernyataan yang selaras, jika dan hanya jika ia
menjadi suatu susunan kata-kata kosong dalam pidato belaka.
Perdagangan bebas! untuk kepentingan kelas buruh; tarif-bea yang melindungi!
untuk kepentingan kelas buruh; perubahan peraturan penjara! untuk kepentingan
kelas buruh; inilah kata-kata yang terakhir dan satu-satunya yang
sungguh-sungguh dimaksudkan oleh Sosialisme burjuis.
Ia disimpulkan dalam kata-kata: burjuis adalah burjuis - untuk
kepentingan kelas buruh.
3. Sosialisme dan Komunisme yang Kritis Utopi
Kita di sini tidak membicarakan literatur yang dalam tiap revolusi besar modern
selalu menyatakan tuntutan-tuntutan proletariat, seperti tulisan-tulisan Babeuf
[42] dan lain-lainnya.
Percobaan-percobaan langsung yang pertama dari proletariat untuk mencapai
tujuan-tujuannya sendiri, yang dilakukan dalam waktu kekacauan umum, ketika
masyarakat feodal sedang ditumbangkan, percobaan-percobaan ini sudah tentu
gagal, oleh karena keadaan proletariat yang belum berkembang ketika itu dan
juga oleh tidak adanya syarat-syarat ekonomi untuk kebebasannya, syarat-syarat
yang masih harus diadakan dan hanya dapat diadakan oleh zaman burjuis yang akan
datang. Literatur revolusioner yang mengikuti gerakan-gerakan yang pertama dari
proletariat ini sudah tentu mempunyai watak yang reaksioner. Ia memberikan
didikan asetisme universal dan didikan persamaan sosial dalam bentuk yang
sangat kasar.
Sistim-sistem yang sesungguhnya dinamakan sistim Sosialis dan
Komunis, yaitu sistim-sistem Saint-Simon, Fourier, Owen dan lain-lainnya,
timbul pada permulaan masa belum berkembangnya perjuangan antara
proletariat dengan burjuasi, seperti diterangkan di atas. (Iihat
Bab I. Kaum Burjuis dan Kaum Proletar).
Para pendiri sistim ini, sesungguhnya melihat antagonisme-antagonisme
kelas, dan juga melihat bergeraknya anasir-anasir yang menghancurkan
bentuk masyarakat yang sedang berlaku. Tetapi proletariat, yang
baru lahir ini, memberikan kepada mereka suatu gambaran dari kelas
yang tidak mempunyai sesuatu inisiatif bersejarah atau sesuatu
gerakan politik yang berdiri sendiri.
Karena perkembangan antagonisme kelas adalah sejalan dengan perkembangan
industri, maka keadaan ekonomi, sebagaimana yang mereka ketahui,
masih belum lagi memberikan kepada mereka syarat-syarat materiil
untuk kebebasan proletariat. Oleh sebab itu mereka mencari suatu
ilmu sosial baru, mencari hukum-hukum sosial baru, untuk menimbulkan
syarat-syarat ini.
Aktivitet mencipta dari mereka sendiri harus menggantikan aktivitet sosial;
syarat-syarat untuk kebebasan yang ditimbulkan menurut sejarah harus tunduk
pada syarat-syarat yang bersifat khayal; dan terorganisasinya proletariat
sebagai kelas yang maju secara berangsur-angsur harus tunduk pada
terorganisasinya suatu masyarakat yang diangan-angankan oleh mereka sendiri.
Sejarah yang akan datang, menurut pandangan mereka, menjadi propaganda dan
penyelenggaraan dalam praktek dari rencana-rencana sosial mereka.
Dalam menyusun rencana-rencananya itu, mereka sudah tentu insyaf
bahwa mereka terutama memperhatikan kepentingan kelas buruh sebagai
kelas yang paling menderita. Mereka memandang proletariat hanya
semata-mata sebagai kelas yang menderita.
Keadaan perjuangan kelas yang belum berkembang itu, maupun keadaan-keadaan
sekeliling mereka sendiri, menyebabkan kaum Sosialis semacam ini menganggap
dirinya jauh diatas segala antagonisme-antagonisme kelas. Mereka ingin
memperbaiki keadaan tiap-tiap anggota masyarakat, bahkan juga keadaan golongan
yang sudah paling beruntung. Dari itu, mereka biasa berseru kepada masyarakat
seumumnya tanpa membeda-bedakan kelas; bahkan lebih suka berseru kepada kelas
yang berkuasa. Sebab, jika sekali orang sudah mengerti akan sistim mereka,
bagaimanakah orang itu tak akan melihat di dalamnya rencana yang terbaik dari
keadaan masyarakat yang terbaik?
Oleh sebab itu mereka menolak segala aksi politik, dan terutama segala aksi
revolusioner; mereka ingin mencapai tuiuan-tujuannya dengan jalan damai, dan
berusaha dengan percobaan-percobaan kecil yang sudah tentu gagal, dan dengan
kekuatan contoh, untuk membuka jalan bagi ajaran sosial baru ini.
Gambaran-gambaran khayal dari masyarakat masadatang yang semacam itu, yang
digambarkan pada masa ketika proletariat masih berada dalam keadaan yang sangat
terbelakang dan hanya mempunyai pandangan yang bersifat khayal tentang
kedudukannya sendiri, adalah sesuai dengan hasrat-hasrat pertama yang naluriah
dari kelas itu untuk pembangunan-kembali masyarakat secara umum.
Tetapi tulisan-tulisan Sosialis dan Komunis ini juga mengandung
suatu anasir yang kritis. Mereka menyerang tiap dasar dari masyarakat
yang sekarang. Oleh sebab itu mereka memberi bahan-bahan penerangan
yang sangat berharga bagi kelas buruh. Tindakan-tindakan praktis
yang diusulkan didalamnya - seperti penghapusan perbedaan antara
kota dan desa, penghapusan keluarga, penghapusan dijalankannya
industri-industri untuk kepentingan perseorangan, dan penghapusan
sistim-sumpah, pernyataan tentang persamaan sosial, perubahan
fungsi Negara menjadi hanya pengawas produksi saja - semua usul
ini semata-mata menunjukkan hilangnya antagonisme-antagonisme
kelas yang pada waktu itu baru saja mulai timbul, dan yang dalam
tulisan-tulisan ini, baru dikenal hanya dalam bentuknya yang permulaan,
yang hanya samar-samar dan tidak tertentu. Oleh sebab itu usul-usul
tersebut sama sekali bersifat utopi.
Isi Sosialisme dan Komunisme yang kritis-utopi itu mengandung suatu tujuan
yang bertentangan dengan perkembangan sejarah. Bersamaan dengan berkembangnya
perjuangan kelas dan bersamaan dengan perjuangan kelas itu mengambil bentuk
yang tertentu, maka hilanglah semua arti dalam praktek dan kebenaran teoritis
dari pendirian khayal yang menyatakan berada diluar perjuangan, dan demikian
juga serangan-serangan yang bersifat khayal terhadapnya. Oleh karena itu,
walaupun para pencipta sistim-sistem ini dalam banyak hal revolusioner,
pengikut-pengikut mereka senantiasa merupakan golongan-golongan reaksioner
semata-mata. Mereka berpegang teguh kepada pandangan-pandangan asli dari
guru-guru mereka, bertentangan dengan perkembangan kesejarahan yang progresif
dari proletariat. Oleh karena itu mereka mencoba dengan konsekwen memadamkan
perjuangan kelas dan mendamaikan antagonisme-antagonisme kelas. Mereka masih
memimpikan pelaksanaan percobaan dari utopi-utopi sosial mereka, bermimpi
tentang membentuk “phalanstere-phalanstere”
[f] yang terpencil, tentang mendirikan “Home
Colonies” [g] atau mengadakan suatu
“Icaria Kecil” - Jerusalem Baru kecil-kecilan - dan untuk mewujudkan
segala lamunan ini, mereka terpaksa meminta belaskasihan dan uang dari kaum
burjuis. Ber-angsur-angsur mereka tenggelam kedalam golongan kaum Sosialis
konservatif reaksioner yang telah digambarkan di atas, berbeda dengan mereka
ini hanya dalam hal bahwa mereka berlagak pintar dengan lebih sistimatis, dan
dalam hal kepercayaan mereka yang fanatik dan bersifat ketakhayulan kepada
pengaruh yang mentakjubkan dari ilmu sosial mereka.
Oleh karena itu mereka dengan keras menentang segala aksi politik dari pihak
kelas buruh; aksi yang semacam itu, menurut mereka, hanya dapat terjadi karena
sama sekali tidak percaya kepada ajaran yang baru itu.
Kaum Owenis di Inggris dan kaum Fourieris di Perancis masing-masing menentang
kaum Cartis [43] dan kaum
Reformis. [44]
IV. Pendirian kaum Komunis dalam hubungan dengan berbagai partai oposisi
Dalam Bab II telah dijelaskan hubungan-hubungan kaum Komunis dengan
partai-partai kelas buruh yang ada, seperti kaum Cartis di Inggeris dan kaum
Reformer Agraria di Amerika. [45]
Kaum Komunis berjuang untuk mencapai tujuannya yang terdekat, untuk menuntut
pelaksanaan kepentingan-kepentingan sementara dari kelas buruh; tetapi dalam
gerakan yang sekarang mereka juga mewakili dan memperhatikan masadatang gerakan
itu. Di Perancis kaum Komunis menggabungkan diri dengan kaum Sosial-Demokrat
[h] menentang burjuasi yang konservatif
dan radikal, tetapi dengan memegang teguh hak untuk menentukan pendirian yang
kritis terhadap semboyan-semboyan dan ilusi-ilusi yang ditinggalkan
turun-temurun oleh Revolusi yang besar.
Di Swis mereka menyokong kaum Radikal
[46], dengan tidak melupakan kenyataan,
bahwa partai ini terdiri dari anasir-anasir yang antagonistis, sebagian dari
kaum Sosialis Demokrat, menurut faham Perancis, sebagian dari kaum burjuis
radikal.
Di Polandia mereka menyokong partai yang mendorong revolusi agraria sebagai
syarat utama untuk kebebasan nasional, menyokong partai yang mengobarkan
pemberontakan Krakau dalam tahun 1846.
[47]
Di Jerman mereka berjuang bersama-sama dengan burjuasi selama burjuasi itu
bertindak secara revolusioner menentang monarki absolut, tuantanah feodal dan
burjuasi kecil. [48]
Tetapi mereka tak pernah berhenti barang sekejappun menanamkan kedalam kelas
buruh pengertian yang sejelas mungkin tentang antagonisme yang bermusuhan
antara burjuasi dengan proletariat, supaya kaum buruh Jerman dapat langsung
menggunakan semua syarat sosial dan politik yang tidak boleh tidak mesti
ditimbulkan oleh burjuasi bersama-sama dengan kekuasaannya, sebagai senjata
terhadap burjuasi, dan supaya sesudah jatuhnya kelas-kelas reaksioner di
Jerman, perjuangan melawan burjuasi itu sendiri dapat segera dimulai.
Kaum Komunis mengarahkan perhatiannya terutama kepada Jerman,
sebab negeri itu sedang berada dekat pada saat revolusi burjuis
yang mesti akan berlangsung dalam syarat-syarat peradaban Eropa
yang lebih maju dan dengan suatu proletariat yang jauh lebih maju
daripada proletariat di lnggeris dalam abad ketujuhbelas, dan
proletariat di Perancis dalam abad kedelapanbelas, dan oleh karena
itu revolusi burjuis di Jerman tidak lain hanya akan menjadi pendahuluan
dari suatu revolusi proletar yang segera akan menyusul.
Pendeknya, dimana-mana kaum Komunis menyokong tiap gerakan revolusioner
menentang susunan tatatertib sosial dan politik yang sekarang. [i]
Dalam segala gerakan ini mereka mengemukakan masalah milik sebagai
masalah yang pokok bagi tiap gerakan, tidak pandang derajat
perkembangannya pada waktu itu.
Akhirnya, mereka bekerja dimana saja untuk persatuan dan kerukunan partai-partai demokratis di semua negeri.
Kaum Komunis tidak sudi menyembunyikan pandangan-pandangan dan
cita-citanya. Mereka menerangkan dengan terang-terangan bahwa
cita-citanya dapat dicapai hanya dangan membongkar dengan kekerasan
segala syarat sosial yang sedang berlaku. Biarkan kelas-kelas yang
berkuasa gemetar menghadapi revolusi Komunis. Kaum proletar tidak akan
kehilangan suatu apapun kecuali belenggu mereka. Mereka akan menguasai
dunia.
Mau mendapatkan pelayanan yang baik dan ramah???
BalasHapusModal Kecil bisa mendapatkan hasil yg luar biasa...
Untuk yang lagi galau, yang lagi bosan tidak tahu mau ngapain, tenang,,sekarang ada 288cash.com yang akan menghibur kalian sekaligus mengisi hari-hari kalian dengan games" online yang pastinya tidak akan mengecewakan kalian deh...dan tentu nya juga masih banyak lagi bonus tiap bulan nya buruannn,,,,yuk ikutan gabung bersama 288cash.com
Tersedia berbagai game di dalamnya :
* Sportsbook
* Kasino
* Togel
* Poker
* Number Games
* Slots
Kunjungi Situs Kami !!
Dapatkan Bonus Rollingan TO Sebesar 0,5% / Hari
Bonus Referral Sebesar 20% Seumur Hidup
dengan minimal deposit hanya Rp. 20.000 dan minimal withdraw Rp. 50.000
Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24/7 melalui :
* Livechat
* Whatsapp : +855888278896
* Facebook : Stefanie Huang
Salam Sukses 288cash.com
SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA DAN TERLENGKAP DENGAN PELAYANAN CS YANG RAMAH