Ada
dua unsur dalam pemikiran Marx yang bagi mereka sangat menarik. Pertama, ramalannya tentang runtuhnya
Kapitalisme yang tidak terelakkan. Kedua,
etika humanis yang meyakini bahwa
manusia oada hakikatnya baik, dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan
akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas, menghina, dan
menyesatkan.
Salah
satu kelemahan yang melekat pada golongan Neo-Marxis adalah bahwa meereka
mempelajari Marxdalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah. Marx dan Engels
meninggal pada tahun 1883 dan 1895. Kedua tokoh ini tidak mengalami bagaimana
pemikiran mereka di jabarkan dan diberi tafsir khusus oleh Lenin. Tafsiran ini
kemudian di bakukan oleh Stalin dan di beri nama Marxisme-Leninisme atau
Komunisme. Mereka juga tidak mengalami-dan juga tidak dapat
menanggapi-timbulnya fasisme dan juga teror yang diselenggarakan oleh Stalin
atas nama Komunisme. Selai itu karay Marx dan Engels sering di tuis dalam
keadaan terdesak dan terpisah-pisah. Dengan demikian banyak masalah yang oleh
golongan Neo-Marxis di anggap masalah pokok, hanya disinggung sepintas lalu
atau tidak di singgung sama sekali.
Lagi
pula pada tahun 1960-an dan 1970-an dunia sudah sangat berbeda dengan dunia
pada abad ke-19 yang merupakan kerranagka acuan Marx dan Engels. Ramalan Marx
ternyata banyak yang meleset Dunia Kapitalis yang diharapkan akan runtuh,
ternyata menunjukan dinamika tersendiri. Banyak kelemahan Kapitalisme dapat di atasi
sehingga eksistensinya tetap bertahan. Di pihak lain, Komunisme telah
mengembangkan Unsur-unsur Totaliterisme dan Refresi, sesuatu yang juga di tolak
oleh golongan Neo-Marxis.
Karena
karangan-karangan Marx begitu fragmentaris, dan sering hanya merupakan bagian
uraian-uraian dari bagian lain, maka tafsirannya juga bermacam-macam dan
kadang-kadang bertentangan satu sasma lain. Para sarjana yang berorientasi pada
pemikiran Marx menunjukan banyak variasi dalam pemikiran dan tidak merupakan
kelompok yang homogen. Tidak ada saut
Marxisme yang diakui dan ditaati oleh semua golongan. Menurut Ralfh Miliband,
seorang cendikiawan Neo-Marxis yang terkenal, tidak ada interfretasi yang
otentik Oleh karena itu kalanga Neo-Marxis terpaksa harus menyusun teori baru
dengan memakai naskah-naskah asli dari Marx (dan kadang-kadang dari Engels
sebagai pelengkap) sebagai pangkal tolaknya.
Untuk
pembahaasan dalam karangan ini, ada baiknya kita memakai definisi yang di
ajukan dalam buku The Left Academy, yang
diedit oleh dua sarjana Neo-Marxis Amerika, Bertell Olman dan Edward Vernoff.
Menurut mereka: “ Sarajana Neo-Marxis adalah mereka yang meyakini pandangan
Marx mengenai Kapitalis dan Sejarah, dan memakai metode analisisnya.” Mereka
ingin membahas masalah sosial dari perspektif yang holistik dan dialektis, yang
memberi tekanan utama pada kegitan negara dan konflik kelas.
Dalam
rangka analisis holistik, mereka berpendapat bahwa keseluruhan gejala sosial
merupakan satu kesatuan yang tidak boleh di bagi-bagi menjadi bagian –bagian yang
tersendiri, seperti politik yang terlepas dari ekonomi, ekonomi terlepas dari kebudayaan, d an
sebagainya. Semua berkaitan erat dan tidak boleh dipisah-pisah. Terutam kaitan
antar politik dan ekonomi sangat di tekankan oleh kalangan Neo-Marxis. Akan tetaepi jika Marxisme Klasik
cenderung menekankan determinasi ekonomi (artinya semuanya di tentukan oleh
faktor ekonomi), maka Neo-Marxis hanya mencanangkan keunggulan atau (Primacy) dari basis ekonomi, artinya
ekonomi merupakan faktor yang sangat penting dalam politik, tetapi politik
tidak sepenuhnya di tentukan ekonomi.
Fokus
analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam Negara.
Mereka mengecam analisis struktural-fungsional dari para behavioralis karena
terlampau mengutamakan harmoni dan keseiembangan sosial dalam suatu sistem
politik. Menurut pandangan struktur-fungsional, konflik dalam masyarakat dapat
di atasi melalui rasio, iktikad baik, dan kompromi, dan ini berbeda dengan
titik tolak pemikiran Neo-Marxis.
Bagi
kalangan Neo-Marxis, konflik anatar kelas merupakan proses dialektik paling
penting dalam mendorong perkembanga masyarakat dan semua gejala politik harus
dilihat dalam rangka konflik antar kelas ini. Hal ini tidak berarti bahwa
kalangan Neo-Marxis ini mengabaikan konflik-konflik lain dalam
mayarakat.seperti konflik etnis, agama, maupun rasial. Tetapi konflik-konflik
ini, menurut keyakinan mereka, langsung
maupun tidak, berasal atau berhubungan erat dengan konflik antar kelas.
Berdasarkan
analisis dialektik, mereka melihat sejarah seolah-olah terdorong oleh
pertentangan antar dua kelas sosial, yang dulu oleh para Marxis klasik
dijelaskan sebagai konflik antara mereka yang memiliki alat-alat produksi
dengan mereka yang tidak memilikinya Karena merekea menyadari bahwa konsep lama
mengenai adanya dua kelas pertentangandan dimasa modern tidak dapat di
pertahankan lagi karena tidak sesuaidengan kentaan, kalangan Neo-Marxis memberi
perumusan yang lebih fleksibel dan luas dengan mencanangkan adanya dua himpunan
massa (aggregates) yang sedikit
banyak kohesif serta memiliki banyak fasilitas (the advantaged) dan mereka yang tidak mempunyai fasilitas (the disadvantaged).
Himpunan
pertama paling dominan, dan negara mepertahankan kepantingan himpunan yang
dominan itu dengan segala kekuatan yang ada untuk mempertahakan dan memprkuat
dominasinya. Kelas (dalam arti yang luas) dominasi berasal dari latar belakang
sosial dan pendidikan yang sama dan mempunyai kepentingan politik dan ekonomi
yang sama pula. Dominasi mereka hanya dapat di akhiri dengan transformasi total
dari keadaan yang menimbulkannya yiatu tatanan sosial politik yang ada.Kaum Neo
Marxis memperjuangkan suatu perkembangan yang revolusioner sserta multi linear
untuk menghapuskan ketidak adilan dan membentuk tatanan masyarakat yang menurut
mereka, memenuhi kepentingan seluruh masyarakat dan tidak hanya kepentingan
kaum Borjuis.
Meskipun
demikian, kelas yang berkuasa dapat saja mencegah usaha kelas-kelas lainnya
untuk melawan dominasi melalui paksaan, konsensui, atau persuasi. Dengan
demikian suatu konflik, seolah-olah tidak ada pertentangan Akan tetapi apa yang tampak sebagai
harmonisebenarnya harmoni yang semu dan menyesatkan. Di bidang politik praktis
mereka menginginkan desentralisasi kekuasaan dan partisipasi dalam politik
untuk semua komunitas. Demikianlah secara umum pandangan dari golongan
Neo-Marxis dalam memahami maslah Sosial-Politik dan Ekonomi.
Boleh tau referensinya dari buku atau web apa ya? sy perlu referensi ttg neo-marxisme, trims
BalasHapus